Mungkin sebelumnya sudah disinggung di Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia RESMI Kemendikbud atau mungkin di Strategi Bahasa Indonesia Setelah Sumpah Pemuda 1928.
Ada tiga alasan kenapa bahasa Melayu dipilih sebagai induk bahasa Indonesia:
- Ada banyak penutur bahasa Melayu di Indonesia
- Bahasa Melayu mudah dipelajari
- Bahasa Melayu diajarkan di sekolah-sekolah Bumi Putera pada saat itu
Bahasa Indonesia, bahasa yang sebenarnya adalah bahasa Melayu ini dijadikan sebagai bahasa persatuan sejak hasil Kongres Pemuda II dibacakan. Bahasa Indonesia dipilih karena memang telah banyak digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, mudah dipelajari, bahkan juga diajarkan di sekolah-sekolah Bumi putera waktu itu.
Sumber: Suara Karya, 28 Oktober 1975. Koleksi Perpustakaan Nasional (SKJIL Team).
Keterangan dari: Halaman Facebook Perpustakaan Nasional
Alasan Kenapa Bahasa Melayu Dipilih Menjadi Bahasa Indonesia
Sayangnya, artikel yang ditampilkan tidak utuh, tidak lengkap. Judul artikel juga tidak ada. Setidaknya ini bisa jadi bahan bacaan ringan dari arsip tulisan koran Suara Karya tahun 1975. Supaya enak dibaca, artikel tersebut ditulis ulang di bawah ini.
DI BANYAK negara yang akan dan baru merdeka, masalah bahasa nasional seringkali menjadi perdebatan seru yang tiada putusnya. Bahasa Nasional harus dapat berperan sebagai bahasa persatuan. Bagi suatu bangsa yang hanya terdiri dari satu suku, masalah bahasa tentu tidak akan sulit di atasi. Tetapi bagi suatu bangsa yang memiliki banyak suku bangsa seperti halnya India, masalah tersebut ternyata amat menyulitkan. Jika bahasa yang dipakai adalah bahasa satu suku dari sekian banyak suku yang ada, nampak betapa kurang adilnya di mata suku-suku lain. Jika sudah demikian, biasanya orang sepakat untuk memakai bahasa asing (kebanyakan Inggeris) sebagai bahasa nasional dan persatuan.
Indonesia pada hakekatnya memiliki banyak suku seperti India, namun bersyukurlah, 17 tahun sebelum mencapai kemerdekaan semua telah bersumpah untuk menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Tentang mengapa bahasa Indonesia diterima begitu saja dalam Konggres Pemuda II tahun 1928 tanpa melewati perdebatan-perdebatan seru, bekas Duta Besar Tamzil gelar Sutan Narajau mengisahkan apa yang dialami dan dirasakan ketika mengikuti konggres yang dikenal telah melahirkan Sumpah Pemuda itu.
Ia menyatakan, materi Sumpah Pemuda memang sudah dibicarakan dalam Konggres Pemuda I tahun 1926, tapi belum berhasil. Barulah dalam konggres ke II formula dari materi tersebut diketemukan.
Meskipun tak dibicarakan dalam konggres, menurut Tamzil, materi tsb. juga telah banyak dibahas oleh masing-masing pimpinan organisasi pemuda yang menjadi tonggal dam memegang peranan dalam konggres II. Pamatangan sebagian besar berlangsung di Indonesische Clubgebouw jalan Kramat Raya 106, Jakarta.
Tegasnya, kata bekas Dubes Indonesia di 7 negara sahabat itu, sumpah pemuda adalah formulasi. Sarinya sendiri, sudah ada pada setiap perkumpulan. Ini terbukti begitu didengungkan tak ada yang menentang. Semua menerima sebab sesuai dengan apa yang dicita-citakan.
Akan halnya mengapa bahasa Indonesia yang sebenarnya adalah bahasa Melayu yang diterima sebagai bahasa persatuan, ia mengatakan, bahasa Melayu diajarkan di sekolah2 Bumiputera, mudah dipelajari dan telah dimengerti oleh penduduk-penduduk daerah pantai.
Kalau Jawa namanya bukan persatuan
DI MINAHASA, demikian Yos Masdani Tumbuan mengawali uraiannya, saya sekolah di Eropis, jadi tak belajar Bahasa Melayu di sekolah. Tapi itu tak berarti saya tak mengeri bahasa Melayu. Sebab di Minahasa, sehari-hari orang berbahasa Melayu pasaran, yaitu Bahasa Melayu dengan dialek Menado.
Mengingat pengaruhnya yang sudah meluas itulah, maka konggres II menerima bahasa Melayu atau bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, dan bukan bahasa Jawa. “Kalau Jawa, itu namanya kan bukan persatuan” kata Yos Masdani Tumbuan, orang Minahasa yang bersuamikan orang Jawa.
Arnold Mononutu atau Oom No, memberikan komentarnya seperti Yos Masdani. Benar bahasa Jawa banyak yang memakai, tetapi hanya di pulau Jawa. Di luar Jawa bahasa tsb. tak diketahui. Dan ini disadari oleh pemimpin2 Jawa waktu itu. Sedangkan bahasa Inggeris atau Belanda orang tak mau mengakui, dan dianggap tak …
Atas Dorongan Semangat Bersatu Ingin Merdeka
Dari potongan arsip di atas, terlihat jelas kalau semangat untuk bersatu dan merdeka yang menjadikan tidak ada perdebatan, siapa ibu kandung bahasa nasional Indonesia. Terlihat jelas juga kalau para pemimpin-pemimpin atau para raja di daerah Jawa sadar, kalau bahasa penyebaran bahasa Melayu lebih banyak di Indonesia.
Dari segi pemilihan bahasa dan suku, saat itu Indonesia disamakan dengan India. Sekarang mungkin bisa saja disamakan, dalam hal jumlah populasi penduduk. Lalu ditambah lagi sampai daerah Manado, penyebaran bahasa Melayu sudah sampai ujung Republik Indonesia.
Kalau semua suku mengedepankan ego masing-masing, tentu untuk menentukan bahasa nasional apa yang akan dipakai, tidak akan habis-habisnya dibahas. Syukurnya orang zaman dulu sadar, pemilihan bahasa persatuan hanyalah salah satu rangkaian proses panjang untuk MERDEKA.
Pantas Bersyukur
Pantas saja, dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengabadikan kalimat “Atas
berkat dan rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, …”. Sebagai mana dalam artikel tersebut juga menyebutkan, kalau Indonesia harus bersyukur. Kakek buyut zaman baheula sudah lama merintis untuk merdeka dan bersatu.
Tulisannya enak disalin ulang, sudah menggunakan gaya bahasa penulisan bahasa Indonesia kekinian. Bukan ejaan lama. Tulisan di atas ditulis apa adanya. Sesuai sumbernya.
Sumber
Halaman Facebook Perpustakaan Nasional https://www.facebook.com/ayokeperpusnas/photos/a.380549651985428/3392831494090547/
Ukuran gambar sudah diperkecil, untuk menghemat ruang penyimpanan.