Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia RESMI Kemendikbud

Saat membahas sejarah, akan selalu banyak versi. Tergantung siapa penutur sejarah tersebut. Untuk itu, topik ini akan membahas soal sejarah dan perkembangan bahasa Indonesia dari sumber-sumber yang bisa dijadikan rujukan atau daftar pustaka.

Kemendikbud sendiri sudah menerbitkan satu halaman singkat yang membahas soal Sejarah Bahasa Indonesia. Lebih tepatnya dikeluarkan oleh Badan Bahasa sebagai otoritas bahasa Republik Indonesia.

Topik ini akan membahas ulang sejarah bahasa Indonesia resmi dari Kemendikbud http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/petunjuk_praktis/627

Sejarah Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi yang dipakai oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kapan bahasa Indonesia lahir? Hari kelahiran bahasa Indonesia adalah tanggal 28 Oktober 1928. Setiap tahun, bangsa Indonesia merayakan tanggal 28 Oktober sebagai hari Sumpah Pemuda.

1928: Bahasa Indonesia Lahir

Dalam butir Sumpah Pemuda tersebut, ada penjelasan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Butir ketiga. Semenjak 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa Nasional. Tentu saja kesepakatan bersama itu baru menetapkan secara musyawarah. Belum menjadi peraturan atau dimasukkan ke dalam undang-undang negara Republik Indonesia.

Wajar saja, sebelum 1945, bangsa Indonesia masih dalam proses perjuangan kemerdekaan. Indonesia masih berperang melawan penjajahan Belanda dan Jepang pada periode 1928 - 1945.

Bahasa Nasional Artinya Adalah Bahasa Persatuan

Pada saat Indonesia berperang melawan penjajah, komunikasi yang dipakai adalah bahasa Indonesia. Sebagaimana yang disepakati dalam ikrar pemuda Indonesia yang bertekad kalau bahasa persatuan bangsa Indonesia adalah bahasa Indonesia. Tujuannya jelas untuk memudahkan komunikasi dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Jadi, jika bahasa Indonesia disebut sebagai bahasa nasional, artinya bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa Indonesia yang terdiri dari banyak suku, budaya, dan bahasa. Lihat saja jumlah bahasa daerah Indonesia ada 668 bahasa daerah per Februari 2019. Data itu resmi dari Kemendikbud.

1945: Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa Negara

Satu hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia ditetapkan menjadi bahasa negara Republik Indonesia. Sebagaimana halnya dituang dalam Undang-Undang 1945 atau yang dikenal dengan UUD 1945. UUD 1945 kemudian menjadi UUD Negara Republik Indonesia.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara disebutkan dalam Bab XV, Pasal 36. Dalam pasal 35 disebut kalau “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia”.

1954: Asal Bahasa Indonesia Adalah Bahasa melayu

Baru pada tahun 1954, asal bahasa Indonesia dinyatakan berasal dari bahasa Melayu. Pernyataan ini dikeluarkan dalam Kongres Bahasa Indonesia II (KBI II) yang dilaksanakan di Kota Medan, Sumatera Utara. Para peserta kongres mengeluarkan keputusan kalau bahasa Melayu adalah asal atau orang tua dari bahasa Indonesia.

Kenapa Memilih Bahasa Melayu?

Tentu saja ada banyak pertimbangan kenapa bahasa Melayu diadopsi menjadi bahasa Indonesia. Beberapa alasan dan pertimbangan kenapa bahasa Melayu adalah asal usul bahasa Indonesia:

  1. Bahasa Melayu adalah bahasa penghubung (lingua franca) di sebagian besar wilayah Asia Tenggara pada saat itu. Termasuk penyebarannya di wilayah Indonesia dari Sabang sampai Marauke.
  2. Bahasa Melayu sudah dipakai sejak abad ke-7 di wilayah Asia Tenggara. Jauh sebelum bangsa Belanda menjajah Indonesia. Dibuktikan dengan beberapa prasasti yang ditemukan di Palembang, Jambi, Bangka Barat, dan Gandasuli yang menggunakan huruf Pranagari yang bahasanya adalah bahasa Melayu Kuna.
  3. Bahasa Melayu adalah yang dipakai untuk melakukan transaksi jual-beli atau bahasa perdagangan yang menyebabkan bahasa ini menjadi menyebar di kalangan masyarakat. Sama seperti halnya bahasa Inggris di era sekarang yang dipakai dalam transaksi internasional.
  4. Bahasa Melayu adalah bahasa penghubung atau bahasa komunikasi antarsuku di Indonesia. Jelas sekali kalau masing-masing suku punya bahasa daerah masing-masing. Sehingga bahasa Melayu menjadi bahasa pemersatu saat komunikasi. Tidak hanya dipakai antarsuku saja, namun bahasa Melayu dipakai sebagai alat komunikasi saat ada pedagang asing yang datang dari luar negeri atau dari luar Nusantara.
  5. Bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tuturan. Sehingga hal ini menjadikan bahasa melayu diterima oleh suku-suku, pada pedagang, bangsa, dan kerajaan yang ada di Nusantara.

Setelah bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa resmi negara Indonesia pada tahun 1945, sejak saat itu bahasa Indonesia mengalami perkembangan sesuai zamannya masing-masing.

Perkembangan Bahasa Indonesia

Tidak lama Indonesia menyatakan kemerdekaannya, pada tanggal 17 Agustus 1945, rakyat dan bangsa Indonesia berkali-kali diuji untuk mempertahankan kemerdekaan dari agresi militer Belanda yang ingin merebut kemerdekaan Indonesia.

1901: Ejaan Bahasa Melayu

Bahasa Melayu adalah awal mula sebelum bahasa Indonesia dilahirkan atau sebelum 1928. Pada tahun 1901 ada namanya ejaan bahasa Melayu. Ejaan ini menggunakan huruf Latin. Ejaan bahasa Melayu ini dibuat berdasarkan rancangan Ch. A. van Ophuysen.

Van Ophuysen dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim saat membuat rancangan ejaan bahasa Melayu. Itu sebabnya ejaan Melayu lama juga dikenal dengan nama ejaan Van Ophuysen.

1938: Bahasa Indonesia Lebih Banyak Diinternasionalkan

Setelah bahasa Indonesia lahir pada tahun 1928, Kongres Bahasa Indonesia Pertama (KBI I) dilaksanakan di Solo, Jawa Tengah. Kongres ini memberi masukan supaya ejaan bahasa Indonesia yang ada pada saat itu lebih banyak diinternasionalkan.

1947: Penyederhanaan Bahasa Indonesia

Keputusan ini dibuat oleh Soewandi pada tahun 1947. Saat itu beliau menjabat sebagai Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Nomor surat keputusannya yaitu 19 Maret 1947, No. 264/Bhg. A. Isinya menyebutkan agar ejaan bahasa Indonesia yang berlaku saat itu dibuat menjadi lebih sederhana.

Keputusan untuk membuat ejaan bahasa Indonesia lebih menjadi lebih sederhana mendapatkan sambutan yang baik. Nama ejaan bahasa Indonesia saat itu adalah Ejaan Republik atau dikenal juga sebagai Ejaan Soewandi.

1954: Badan Penyusun Ejaan Bahasa Indonesia

Kongres Bahasa Indonesia Kedua (KBI II) dilaksanakan di Medan, Sumatera Utara, pada tahun 1954. Kongres itu memutuskan dan memberi rekomendasi agar ada badan yang tugasnya menyusun peraturan ejaan bahasa Indonesia yang praktis.

1959: Perjanjian Persahabatan Antara Indonesia dan Melayu

Pada tahun 1959 ada sebuah perjanjian persahabatan. Perjanjian antara Republik Indonesia dengan Persekutuan Tanah Melayu atau dikenal juga dengan Federasi Malaysia. Keputusan perjanjian tersebut menghasilkan konsep ejaan bersama. Ejaan tersebut dikenal dengan Ejaan Melindo atau Ejaan Melayu-Indonesia. Namun karena perkembangan politik yang ada pada saat itu, Ejaan Melindo tidak jadi diresmikan.

1967: Rancangan EYD Dibuat

Rancangan Ejaan yang Disempurnakan atau EYD dibuat sejak 1966. Ditandai dengan dibentuknya panitia Ejaan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bapak A.M. Moeliono sebagai ketua panitia saat itu. Setahun kemudian, rancangan peraturan ejaan tersebut dipakai pada tahun 1967. Proses pembuatan rancangan peraturan ejaan ini melibatkan pihak Malaysia melalui komite bersama.

1972: Rancangan EYD Disetujui

Persetujuan rancangan EYD disetujui oleh dua negara, Indonesia dan Malaysia, melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mashuri, dan Menteri Pelajaran Malaysia, Hussen Onn.

17 Agustus 1945: EYD Diresmikan

Ejaan yang Disempurnakan ini diresmikan berdasarkan keputusan presiden No. 57, tahun 1972. Peresmian berlakunya EYD berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 03/A.I/72, tertanggal 20 Mei 1972. Surat keputusan menteri ini dibuat sesuai Seminar Bahasa Indonesia di Puncak, Bogor, Jawa Barat.

Setelah itu, pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional atau Depdiknas mensosialisasikan peraturan penggunaan bahasa Indonesia sesuai Ejaan yang Disempurnakan. Judul buku yang disebarkan adalah “Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”. Tidak heran kalau EYD itu bisa disebut sebagai Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

1975: Menyusun Pedoman Umum Bahasa Indonesia

Hal ini dilakukan karena buku kecil pedoman EYD perlu dilengkapi. Maka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan atau Depdikbud menyusun Pedoman Umum. Pedoman Umum ini isinya menjelaskan soal kaidah ejaan bahasa Indonesia yang lebih luas dari sebelumnya.

1988: PUEYD Bahasa Indonesia

Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan atau PUEYD Bahasa Indonesia edisi kedua diterbitkan. Lalu edisi ketiga diterbitkan pada tahun 2000 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional.

2016: PUEYD menjadi PUEBI

Dr. Anies Baswedan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu mengeluarkan Permendiknas atau Peraturan Menteri Pendidikan dan Nasional. Peraturan itu memutuskan untuk mengganti nama Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan menjadi Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia

2019: PUEBI

Sejak 2016 hingga saat ini, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia atau PUEBI menjadi peraturan resmi bagaimana cara menulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Versi digital PUEBI bisa diunduh secara gratis, langsung, dan resmi dari Badan Bahasa Kemendikbud. PUEBI ini penting diketahui oleh bangsa Indonesia mengingat kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia yang begitu penting sebagai bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa resmi kenegaraan.

Tanggal Penting Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

Beberapa tanggal penting teraitk tonggak sejarah perkembangan bahasa Indonesia:

  • 28 Oktober 1928: Bahasa Indonesia lahir
  • 18 Agustus 1945: Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi
  • 20 Mei 1972: EYD Diresmikan
  • 9 September 1987: PUEYD diterbitkan
  • 2016: PUEYD menjadi PUEBI

Daftar Pustaka atau Sumber Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia langsung dari Kemendikbud, resmi:

Daftar pustaka resmi kemendikbud ini diakses pada saat pembuatan topik ini, 2 Oktober 2019. Bagian Sejarah Bahasa Indonesia diambil dari “Sekilas Tentang Sejarah Bahasa Indonesia”. Sumber pertama. Tulisan tersebut benar-benar menjelaskan sejarah singkat perkembangan bahasa Indonesia. Bagian perkembangan bahasa Indonesia diambil dari buku “Prakata Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia”. Sumber kedua

  • Badan Bahasa. 2019. Sekilas Tentang Sejarah Bahasa Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/petunjuk_praktis/627. Diakses 2019 pukul 17.06 WIB
  • Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Hal. vii - ix. Jakarta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Unduh PUEBI Digital Ebook PDF di sini. Gratis.

Semoga topik sejarah bahasa Indonesia singkat ini ada manfaatnya. Sejarah perkembangan bahasa Indonesia PDF, khususnya dari Kemendikbud bisa diunduh di tautan atas. Di dalamnya ada sejarah bahasa Indonesia PDF juga. Topik ini juga bisa dirangkum dan disesuaikan untuk bisa menjadi makalah sejarah bahasa Indonesia.

Sejarah Bahasa Indonesia PPT
Jika ada yang ingin menjadi sejarah bahasa Indonesia PPT (PowerPoint) dari salah satu dosen Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra, Universitas Pendidikan Indonesia bisa buka tautan http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/196707151991032-NUNY_SULISTIANY_IDRIS/Sejarah_Bahasa.pdf. Meski itu versi PDF, tapi tinggal disesuaikan saja menjadi versi PPT. Isinya cukup menarik, menjelaskan asal usul bahasa Indonesia.

Modul Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia PDF
Ada modul menarik dari Universitas Terbuka atau UT tentang Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia PDF http://repository.ut.ac.id/4059/1/MKDU4110-M1.pdf. Berisikan 30 halaman dan ditulis oleh Dra. B. Esti Pramuki, M.Pd. . PDF/Ebook bisa diunduh gratis.

Salinan teks lengkap mengenai artikel “Sekilas Tentang Sejarah Bahasa Indonesia” ada di bawah. Termasuk juga salinan Prakata Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. :arrow_down:

Salinan resmi “Sekilas Tentang Sejarah Bahasa Indonesia” yang diambil dari halaman Badan Bahasa Kemendikbud. Salinan ini dipakai untuk menulis ulang bagian atau bab sejarah bahasa Indonesia.

Sekilas Tentang Sejarah Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam kerapatan Pemuda dan berikrar (1) bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan (3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 itulah bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945 karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Bahasa negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal 36).

Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain, menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara. Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Bukti yang menyatakan itu ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah (Gandasuli) juga ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuna. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku di Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar Nusantara. Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain, menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen-louen (I-Tsing:63,159), Kou-luen (I-Tsing:183), K’ouen-louen (Ferrand, 1919), Kw’enlun (Alisjahbana, 1971:1089). Kun’lun (Parnikel, 1977:91), K’un-lun (Prentice, 1078:19), yang berdampingan dengan Sanskerta. Yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa perhubungan (lingua franca) di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu. Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin. Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tutur.

Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara serta makin berkembang dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di wilayah Nusantara dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antarperkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu. Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928). Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bahasa Indonesia dengan pesat. Peranan kegiatan politik, perdagangan, persuratkabaran, dan majalah sangat besar dalam memodernkan bahasa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah.

Salinan Prakata Buku PEUBI 2016 Kemendikbud. Salinan ini dipakai untuk membahas bab perkembangan Bahasa Indonesia atau dibuat menjadi makalah sejarah bahasa Indonesia.

Sumbernya dari http://vanda.lecture.ub.ac.id/2012/12/identitas-bahasa-indonesia/ namun tuatan tersebut tidak aktif. Hanya bisa masuk dari http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:xMPxnUuiSq0J:vanda.lecture.ub.ac.id/2012/12/identitas-bahasa-indonesia/+&cd=24&hl=en&ct=clnk&gl=id&client=opera

PRAKATA

Penyempurnaan terhadap ejaan bahasa Indonesia telah dilakukan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Penyempurnaan tersebut menghasilkan naskah yang pada tahun 2015 telah ditetapkan menjadi Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.

Ditinjau dari sejarah penyusunannya, sejak peraturan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin ditetapkan pada tahun 1901 berdasarkan rancangan Ch. A. van Ophuijsen dengan bantuan Engku Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim, telah dilakukan penyempurnaan ejaan dalam berbagai nama dan bentuk.

Pada tahun 1938, pada Kongres Bahasa Indonesia yang pertama di Solo, disarankan agar ejaan Indonesia lebih banyak diinternasionalkan. Pada tahun 1947 Soewandi, Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan pada masa itu, menetapkan dalam surat keputusannya tanggal 19 Maret 1947, No. 264/Bhg.A bahwa perubahan ejaan bahasa Indonesia dengan maksud membuat ejaan yang berlaku menjadi lebih sederhana. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan Ejaan Republik.

Kongres Bahasa Indonesia Kedua, yang diprakarsai Menteri Moehammad Yamin, diselenggarakan di Medan pada tahun 1954. Kongres itu mengambil keputusan supaya ada badan yang menyusun peraturan ejaan yang praktis bagi bahasa Indonesia. Panitia yang dimaksud yang dibentuk oleh Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat keputusannya tanggal 19 Juli 1956, No. 44876/S, berhasil merumuskan patokan-patokan baru pada tahun 1957.

Sesuai dengan laju pembangunan nasional, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan yang pada tahun 1968 menjadi Lembaga Bahasa Nasional, kemudian pada tahun 1975 menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, menyusun program pembakuan bahasa Indonesia secara menyeluruh. Di dalam hubungan ini, Panitia Ejaan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang disahkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Sarino Mangunpranoto, sejak tahun 1966 dalam surat keputusannya tanggal 19 September 1967, No. 062/1967, menyusun konsep yang ditanggapi dan dikaji oleh kalangan luas di seluruh tanah air selama beberapa tahun.

Setelah rancangan itu akhirnya dilengkapi di dalam Seminar Bahasa Indonesia di Puncak pada tahun 1972 dan diperkenalkan secara luas oleh sebuah panitia yang ditetapkan dengan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 20 Mei 1972, No. 03/A.I/72, pada hari Proklamasi Kemerdekaan tahun itu juga diresmikanlah aturan ejaan yang baru itu berdasarkan keputusan Presiden, No. 57, tahun 1972, dengan nama Ejaan yang Disempurnakan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.

Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat keputusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 menyusun buku Pedoman Umum yang berisi pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas.

Pada tahun 1988 Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (PUEYD) edisi kedua diterbitkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0543a/U/1987 pada tanggal 9 September 1987. Setelah itu, edisi ketiga diterbitkan pada tahun 2009 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46. Pada tahun 2016 berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Anis Baswedan, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (PUEYD) diganti dengan nama Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang penyempurnaan naskahnya disusun oleh Pusat Pengembangan dan Pelindungan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Penyusunan pedoman ini tidak terlepas dari kerja keras dan kontribusi berbagai pihak. Oleh karena itu, penghargaan dan ucapan terima kasih kami sampaikan kepada segenap pakar dan ahli bahasa, pengambil kebijakan di tingkat kementerian, serta kalangan masyarakat yang telah bekerja sama mewujudkan tersusunnya Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.

Jakarta, Maret 2016
Pengembang Pedoman Bahasa Indonesia
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Sebagai tambahan, ada juga tulisan dari seorang dosen yang judulnya Identitas Bahasa Indonesia.

IDENTITAS BAHASA INDONESIA

December 18th, 2012 Vanda Hardinata, M.Pd http://vanda.lecture.ub.ac.id/author/vandahardinata/
http://vanda.lecture.ub.ac.id/2012/12/identitas-bahasa-indonesia/

1. Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

Kelahiran bahasa Indonesia menandai kajian materi secara historis. Upaya penyempurnaan ejaan bukan terjadi begitu saja, melainkan mengalami proses perkembangan. Perbendaharaan bahasa Indonesia juga bertambah dengan berbagai cara. Untuk mengembangkan bahasa Indonesia, dilakukan kongres-kongres bahasa. Hal ini penting dilakukan karena bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa persatuan dan berperan sebagai bahasa NKRI.

1.1 Kelahiran Bahasa Indonesia

Kelahiran Bahasa Indonesia Untuk lebih menghargai bahasa Indonesia, Saudara perlu memahami kelahiran bahasa Indonesia. Dengan memahami kelahiran bahasa Indonesia, kita dapat meningkatkan upaya menghargai dan rasa bangga menggunakan bahasa Indonesia. Untuk lebih memudahkan belajar, Saudara akan dibimbing dengan pertanyaan-pertanyaan pokok.

Kapan bahasa Indonesia lahir?

Kelahiran Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia dianggap lahir pada 28 Oktober 1928 dan 18 Agustus 1945. Dianggap lahir pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 karena hasil putusan kongres ini menyebut bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Dianggap lahir pada 18 Agustus 1945 karena keberadaan bahasa Indonesia secara resmi diakui melalui Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 36.

Mengacu pada dua versi kelahiran di atas, bahasa Indonesia disebut sebagai bahasa persatuan dan bahasa resmi. Meskipun demikian, hanya sebagian kecil penduduk Indonesia yang benar-benar menggunakannya sebagai bahasa ibu. Hal ini disebabkan masyarakat Indonesia lebih suka menggunakan bahasa daerahnya masing-masing dalam percakapan sehari-hari. Bahasa daerah, seperti bahasa Melayu Pasar, bahasa Jawa, bahasa Sunda, dll. menjadi bahasa ibu dan bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua.

Dari mana asal Bahasa Indonesia itu?

Asal Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia merupakan dialek baku dari Bahasa Melayu Riau. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1939 di Solo, Jawa Tengah sebagai berikut.

jang dinamakan ‘Bahasa Indonesia’ jaitoe bahasa Melajoe jang soenggoehpoen pokoknja berasal dari ‘Melajoe Riaoe’, akan tetapi jang soedah ditambah, dioebah ataoe dikoerangi menoeroet keperloean zaman dan alam baharoe, hingga bahasa itoe laloe moedah dipakai oleh rakjat di seloeroeh Indonesia; pembaharoean bahasa Melajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoe haroes dilakoekan oleh kaoem ahli jang beralam baharoe, ialah alam kebangsaan Indonesia

atau sebagaimana diungkapkan dalam Kongres Bahasa Indonesia II 1954 di Medan, Sumatera Utara, “… bahwa asal bahasa Indonesia ialah bahasa Melayu. Dasar bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju jang disesuaikan dengan pertumbuhannja dalam masjarakat Indonesia “.

Jika ditinjau berdasarkan rumpun, bahasa Indonesia termasuk rumpun Austronesia. Jika digambarkan tampak sebagai berikut.

Rumpun Bahasa

Informasi tentang rumpun-rumpun bahasa di dunia, silakan buka situs wikipedia http://id.wikipedia.org/wiki/Rumpun_bahasa.

Apa alasan pemerintahan Presiden Soekarno memilih bahasa Indonesia tuturan Riau?

Alasan Memilih Bahasa Melayu Tuturan Riau

Saat itu, pemerintah menyetujui pemilihan bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu tuturan Riau. Presiden Soekarno tidak memilih bahasa Jawa yang merupakan bahasanya sendiri dan juga bahasa mayoritas pada saat itu. Adapun pertimbangan Presiden Soekarno atas pilihan bahasa Melayu tuturan Riau sebagai berikut.

  1. Suku-suku lain di Republik Indonesia akan merasa dijajah oleh suku Jawa jika menggunakan bahasa Melayu tuturan Jawa.
  2. Bahasa Melayu Riau lebih mudah dipelajari dibanding bahasa Jawa yang memiliki tingkatan bahasa (halus, biasa, dan kasar) sesuai usia, derajat, ataupun pangkat dan sering memunculkan kesan negatif jika pemakai bahasa Jawa kurang memahami budaya Jawa.
  3. Suku Melayu berasal dari Riau dan bahasa Melayu Riau paling sedikit terpengaruh bahasa lainnya.
  4. Menumbuhkan semangat patriotik dan nasionalisme negara tetangga, seperti Malaysia, Brunei, dan Singapura yang juga menggunakan bahasa Melayu dan nasibnya sama dengan Indonesia, yaitu dijajah Inggris.
  5. Para pejuang kemerdekaan diharapkan bersatu lagi dengan tujuan persatuan dan kebangsaan.

Setelah memahami kelahiran bahasa Indonesia, Saudara perlu memahami perkembangan bahasa Indonesia. Perkembangan ini mencakup usaha-usaha penyempurnaan ejaan, perbendaharaan kata, dan hasil-hasil Kongres Bahasa Indonesia.

1.2 Penyempurnaan Ejaan Bahasa Indonesia

Perkembangan ini dimulai dari usaha untuk menyempurnakan ejaan. Secara umum, ejaan bahasa Indonesia dimulai dari Ejaan van Ophuijsen, Ejaan Soewandi, Ejaan Soewandi, dan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

Apa saja aturan ejaan-ejaan itu?

Ejaan mengatur tentang penggunaan tanda baca meliputi tanda titik (.), (tanda koma (,), tanda titik koma (;), tanda titik dua (:), tanda kurung (), tanda siku […], tanda petik (“), tanda apostrof (‘), tanda seru (!), tanda tanya (?), tanda persen (%), tanda hubung (-), tanda pisah (—), tanda miring (/), hingga tanda elispsis (…). Selain itu, ejaan juga mengatur penggunaan huruf kapital, huruf miring, dan huruf tebal. Aturan-aturan ini bertujuan untuk kegiatan penyeragaman sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Bayangkan saja kalau tiap orang membuat aturan sendiri, tentu banyak sekali ragam yang akan muncul. Hal ini akan membuat kesulitan dalam pemahaman isi bacaan.

Kapan cikal bakal ejaan bahasa Indonesia muncul?
Cikal bakal ejaan bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu yang ditetapkan pada tahun 1901. Pada tahun inilah Ch. A. van Ophuijsen http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ch._A._van_Ophuijsen&action=edit membuat ejaan resmi bahasa Melayu http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Melayu yang dimuat dalam Kitab Logat Melayu http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kitab_Logat_Melayu&action=edit.

Pada tahun 1908, sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Commissie_voor_de_Volkslectuur&action=edit Taman Bacaan Rakyat didirikan pemerintah. Badan penerbit ini berubah menjadi Balai Pustaka pada tahun 1917. Balai Pustaka ini menerbitkan buku-buku novel seperti Siti Nurbaya http://id.wikipedia.org/wiki/Siti_Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, dan sebagainya. Penerbitan buku-buku ini banyak membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas. Penerbit Balai Pustaka ini akhirnya dikenal sebagai angkatan Balai Pustaka dalam sejarah sastra Indonesia.

Pada tanggal 28 Oktober 1928 para pemuda dari beberapa daerah, seperti Sumatra, Jawa, Sulawesi, dll. berkumpul. Peristiwa ini dikenal dengan Sumpah Pemuda. Salah satu butir dalam Sumpah Pemuda sangat penting dalam perkembangan bahasa Indonesia. Pada saat inilah bahasa Indonesia dianggap sebagai bahasa persatuan.

Sebuah angkatan sastrawan muda yang dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Sanusi Pane, Armijn Pane, dan sebagainya berusaha melawan kebijakan yang dibuat oleh badan penerbit yang sudah ada, yaitu Balai Pustaka. Kelompok sastrawan ini dikenal dengan nama Pujangga Baru. Nama Pujangga Baru berasal dari nama sebuah majalah yang terbit pada tahun 1933.

Bagaimana usaha penyempurnaan ejaan Bahasa Indonesia?

Ejaan-ejaan ini bahasa Indonesia mengalami beberapa usaha untuk penyempurnaan. Perkembangan ejaan ini diawali dari cikal bakal ejaan bahasa Indonesia yang berasal dari Kitab Logat Melayu, yaitu ejaan van Ophuijsen hingga Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

A. Ejaan van Ophuijsen (1901)

Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Van Ophuijsen merupakan tokoh yang telah merancang ejaan ini yang dibantu Engku Nawawi, Soetan Ma’moer, dan M. Taib Soetan Ibrahim.

Ciri-ciri dari ejaan ini, yaitu

  1. huruf j, misalnya jang, pajah, sajang, dsb.
  2. huruf oe, misalkan goeroe, itoe, oemoer, dsb.
  3. tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, misalkan ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dinamai’, dan sebagainya.

B. Ejaan Soewandi (1947)

Ejaan ini dipilih pada masa awal kemerdekaan untuk menggantikan ejaan Van Ophuijsen. Ejaan ini resmi berlaku pada tanggal 19 Maret 1947. Ejaan ini disebut juga ejaan republik karena berdekatan dengan proklamasi.

Ciri-ciri ejaan ini yaitu

  1. huruf oe diganti dengan u, misalkan guru, itu, umur, dsb.
  2. bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, misalkan tak, pak, rakjat, dsb.
  3. kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, misalkan kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an
  4. awalan di- dan kata depan di ditulis serangkai dengan kata yang mendampinginya, misalkan dipasar, dipukul, dibaca

C. Ejaan Melindo(1959)

Melindo merupakan kepanjangan dari Melayu—Indonesia. Ejaan ini batal diresmikan karena faktor perkembangan politik. Ejaan ini bukan berkaitan dengan Republik Indonesia, melainkan juga dengan negeri tetangga kawasan Melayu, yaitu Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam.

D. EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) (1972)

Ejaan bahasa Indonesia yang hingga kini masih berlaku adalah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Dengan berbagai revisi, ejaan ini tetap dipertahankan. Pertama kali diresmikan pemakaiannya pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden Soeharto.

1.3 Perbendaharaan Kata Bahasa Indonesia

Seiring usaha penyempurnaan ejaan, perbendaharaan kata dalam Bahasa Indonesia juga mengalami pertambahan. Nah, untuk memahami pertambahan perbendaharaan kata dalam Bahasa Indonesia, Saudara dapat menyimak ulasan berikut ini.

Bagaimana cara pertambahan perbendaharaan kosakata Bahasa Indonesia?

Perbendaharan kata dalam bahasa Indonesia mengalami pertambahan melalui lima cara, yaitu

  1. pembentukan kata yang menggunakan imbuhan-imbuhan baru, misalkan
  • tuna- (Jawa) pada kata tunawisma, tunarungu
  • pramu- (Kawi) pada kata pramusaji, pramuniaga, pramugari
  • wira- (Sansekerta) pada kata wirusaha, purnawirawan
  • nara- (Kawi) pada kata narasumber, narapidana
  • swa- (Sansekerta) pada kata swadaya, swasembada
  • bilangan Sansekerta, seperti eka, dwi, tri, catur, panca
  • purna-, graha-, wism-a, tan-. nir-
  1. adopsi, yaitu pengambilan kata apa adanya dari bahasa asing, misalkan supermarket,hamburger
  2. adaptasi, yaitu penyesuaian bunyi/ejaan, misalkan universitas (university), organisasi (organization)
  3. penerjemahan, misalkan tumpang tindih (overlap), percepatan (acceleration), uji coba (try out)
  4. akronim, yaitu singkatan yang merupakan hasil penyingkatan beberapa kata, misal pimpro (pimpinan produksi), sidak (inspeksi mendadak)

Pertambahan kata dipengaruhi pergesekan kebudayaan Indonesia dengan dunia luar. Hubungan ini memiliki pengaruh yang kuat dalam kegiatan berbahasa. Berdasarkan masanya, pertambahan perbendaraan kata dapat dilihat dari pengaruh empat masa berikut:

  1. Hindu (antara abad ke-6 sampai 15 M), misalkan samudra , suami, istri, raja, putra, pura, kepala, mantra, cinta, kaca (Sanskerta Indo-Eropa)
  2. Islam (dimulai dari abad ke-13 M, misalkan masjid, kalbu, kitab, kursi, doa, khusus, maaf, selamat, kertas (Arab, Persia)
  3. Kolonial, misalkan gereja, sepatu, sabun, meja, jendela (Portugis) dan asbak, kantor, polisi, kualitas ( Belanda )
  4. Pasca-Kolonialisasi (Kemerdekaan dan seterusnya)
  5. Modernisme, misalkan konsumen, komputer, email (Inggris), dasawarsa, lokakarya, tunasusila (Sansekerta).

Dari mana saja Bahasa Indonesia menyerap?

Bahasa Indonesia bersifat terbuka. Hal ini berarti bahwa bahasa Indonesia menyerap kata-kata dari bahasa lain. Pusat Bahasa mencatat jumlah kata serapan dari bahasa lain yang diserap bahasa Indonesia pada tahun 1996.

Jika digambarkan menjadi grafik, tampak sebagai berikut.

Dari tabel dan grafik di atas, tampak terdapat ribuan kata dari bahasa tertentu yang diserap bahasa Indonesia, di antaranya dari bahasa Belanda, Inggris, dan Arab. Sisanya, bahasa Indonesia banyak menyerap Cina, Hindi, Parsi, Portugis, Sansekerta-Jawa Kuna, dan Tamil.

Hingga saaat ini belum ada data yang menyatakan bahwa bahasa Indonesia mengalami pertambahan kata dengan jumlah tertentu selama rentang waktu 10 tahun, 20 tahun, dan seterusnya. Namun, berdasarkan data di atas jika dibandingkan dengan bahasa Inggris, perbendaharaan kata dalam bahasa Indonesia lebih sedikit dibanding bahasa Inggris.

1.4 Hasil Kongres Bahasa Indonesia

Kapan Kongres Bahasa Indonesia dilakukan dan apa hasilnya?

Kongres Bahasa Indonesia I dilakukan di Solo pada 25—28 Juni 1938. Hasil kongres ini secara umum menyimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu. Beberapa keputusan kongres ini antara lain:

  1. setuju mengambil kata-kata asing untuk ilmu pengetahuan yang diambil dari perbendaharaan umum,
  2. perlu menyusun tata bahasa Indonesia yang baru ejaan yang digunakan ialah ejaan van Ophujsen wartawan sebaiknya berupaya mencari jalan-jalan untuk memperbaiki bahasa di dalam persuratkabaran,
  3. bahasa Indonesia supaya dipakai dalam segala badan perwakilan istilah-istilah internasional diajarkan di sekolah
  4. bahasa Indonesia hendaklah digunakan sebagai bahasa hukum dan sebagai pertukaran pikiran di dalam dewan-dewan perwakilan, dan
  5. perlu didirikan sebuah lembaga dan sebuah fakultas untuk mempelajari bahasa Indonesia.

Kemerdekaan Indonesia juga menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Hal ini sebagaimana dituangkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945 Pasal 36. Undang-Undang Dasar 1945 ini ditandatangani sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan, tepatnya tanggal 18 Agustus 1945.

Ejaan bahasa Melayu buatan van Ophuijsen pada tahun 1901 sudah tidak dipakai dalam kaidah bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan pada tanggal 19 Maret 1947 telah diresmikan penggunaan Ejaan Republik http://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Republik, Ejaan Soewandi sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen. Jadi, ejaan van Ophuijsen sudah berlaku selama 46 tahun sebelum diganti Ejaan Republik.

Pada tahun 1953 Kamus Bahasa Indonesia yang pertama diterbitkan. Kamus ini dibuat oleh Poerwadarminto. Dalam kamus itu tercatat jumlah lema (kata) dalam bahasa Indonesia mencapai 23.000.

Kongres Bahasa Indonesia II dilaksanakan pada 28 Oktober—2 November 1954 di Medan. Hasil kongres mengamanatkan untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.

Ejaan Republik yang dikenal juga sebagai Ejaan Soewandi diganti dengan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan H. M. Soeharto http://id.wikipedia.org/wiki/Soeharto selaku Presiden Republik Indonesia di hadapan sidang DPR pada tanggal 16 Agustus 1972. Selain itu, peresmian Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.

Pada tahun yang sama, tepatnya pada tanggal 31 Agustus 1972, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pada tahun 1976 Pusat Bahasa menerbitkan Kamus Bahasa Indonesia dan terdapat 1.000 kata baru. Artinya, dalam waktu 23 tahun hanya terdapat 1.000 penambahan kata baru.

Kongres Bahasa Indonesia III diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober—2 November 1978. Kongres ini bersamaan dengan 50 tahun Sumpah Pemuda. Selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia, hasil kongres ini juga memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.

Kongres bahasa Indonesia IV diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Kongres Bahasa Indonesia IV dilaksanakan di Jakarta pada 21—26 November 1983. Hasil kongres menyebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan. Semua warga negara Indonesia agar menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Kongres Bahasa Indonesia V dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres ini dilakukan di Jakarta pada 28 Oktober—3 November 1988. Kongres ini juga mempersembahkan karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Kamus pada tahun ini mengalami loncatan yang luar biasa. Dari 24.000 kata telah berkembang menjadi 62.000. Selain itu, setelah bekerja sama dengan Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei, bahasa Indonesia memiliki 340.000 istilah di berbagai bidang ilmu. Hingga kini Pusat Bahasa berhasil menambah 250.000 kata baru. Dengan demikian, sudah ada 590.000 kata di berbagai bidang ilmu. Sementara kata umum telah berjumlah 78.000.

Kongres Bahasa Indonesia VI dilaksanakan pada 28 Oktober – 2 November 1993. Kongres ini pun tetap dilaksanakan di ibukota, Jakarta dan belum pernah dilaksanakan di daerah-daerah yang lain. Peserta kongres ini sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Hasil kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa statusnya ditingkatkan menjadi Lembaga Bahasa Indonesia. Selain itu, juga mengusulkan agar Undang-Undang Bahasa Indonesia disusun.

Kongres Bahasa Indonesia VII dilaksanakan 26—30 Oktober 1998 masih di Jakarta. Hasil kongres mengusulkan agar dibentuk Badan Pertimbangan Bahasa. Badan ini memiliki anggota dari tokoh masyarakat dan pakar yang mempunyai kepedulian terhadap bahasa dan sastra. Tugas badan ini memberikan nasihat kepada Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa serta mengupayakan peningkatan status kelembagaan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Kongres Bahasa Indonesia VIII dilaksanakan 14 – 17 Oktober 2003 di Jakarta. Banyaknya negara yang membuka studi mengenai Indonesia mendorong panitia mengagendakan pembuatan bahan ajar pelajaran Bahasa Indonesia untuk para penutur asing. Hal ini dibuktikan dengan adanya 35 negara yang telah memiliki pusat studi tentang Indonesia di perguruan tinggi. Agar para penutur asing itu harus bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dibutuhkan pedoman buku ajar. Selain itu, akan dikembangkan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI). UKBI tidak hanya ditujukan bagi para warga asing yang akan bekerja di Indonesia, tetapi juga warga Indonesia sendiri.

Kongres Bahasa Indonesia IX dilaksanakan pada 28—31 Okober 2008 di Jakarta. Hasil kongres ini menyatakan bahwa bentuk-bentuk pemakaian bahasa Indonesia yang diajarkan di sekolah adalah bentuk-bentuk pemakaian bahasa dari variasi bahasa baku. Bentukan bahasa dari berbagai variasi, misalnya berdasarkan dialek geografi, dialek sosial, register (digunakan oleh profesi tertentu, misalnya dokter, pengacara, dan sebagainya.) dapat diperoleh siswa dalam berbagai pemakaian bahasa di masyarakat.

Masukan lain bisa buka ristekdikti http://ppg.spada.ristekdikti.go.id/course/view.php?id=357

Makalah Sejarah bahasa Indonesia

Mungkin salinan di bawah ini bisa dibuat menjadi makalah sejarah bahasa Indonesia pdf.

SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

2014

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam tidak lupa kami ucapkan untuk junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Kami bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan hidayah serta taufik-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini berisikan tentang sejarah perkembangan Bahasa Indonesia.

Kami menyadari makalah yang dibuat ini tidaklah sempurna. Oleh karena itu, apabila ada kritik dan saran yang bersifat membangun terhadap makalah ini, kami sangat berterima kasih.

Demikian makalah ini kami susun. Semoga dapat berguna untuk kita semua. Amin.

September 2014

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan tujuannya. Pentingnya bahasa sebagai identitas manusia, tidak bisa dilepaskan dari adanya pengakuan manusia terhadap pemakaian bahasa dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Untuk menjalankan tugas kemanusiaan, manusia hanya punya satu alat, yakni bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan apa yang ada di benak mereka. Sesuatu yang sudah dirasakan sama dan serupa dengannya, belum tentu terasa serupa, karena belum terungkap dan diungkapkan. Hanya dengan bahasa, manusia dapat membuat sesuatu terasa nyata dan terungkap.

Era globalisasi dewasa ini mendorong perkembangan bahasa secara pesat, terutama bahasa yang datang dari luar atau bahasa Inggris. Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang digunakan sebagai pengantar dalam berkomunikasi antar bangsa. Dengan ditetapkannya Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional (Lingua Franca), maka orang akan cenderung memilih untuk menguasai Bahasa Inggris agar mereka tidak kalah dalam persaingan di kancah internasional sehingga tidak buta akan informasi dunia. Tak dipungkiri memang pentingnya mempelajari bahasa asing, tapi alangkah jauh lebih baik bila kita tetap menjaga, melestarikan dan membudayakan Bahasa Indonesia. Karena seperti yang kita ketahui, bahasa merupakan idenditas suatu bangsa. Untuk memperdalam mengenai Bahasa Indonesia, kita perlu mengetahui bagaimana perkembangannya sampai saat ini sehingga kita tahu mengenai bahasa pemersatu dari berbagai suku dan adat-istiadat yang beranekaragam yang ada di Indonesia, yang termasuk kita di dalamnya. Maka dari itu melalui makalah ini penulis ingin menyampaikan sejarah tentang perkembangan bahasa Indonesia.

  1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut :

  1. Bagaimana sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa prakemerdekaan?
  2. Bagaimana sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa pascakemerdekaan?
  3. Apa saja peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkermbangan bahasa Indonesia?
  4. Bagaimana sejarah ejaan Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)?
  5. Bagaimana Perkembangan Bahasa Indonesia pada masa reformasi?
  6. Bagaimana kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia?

Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

  1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa prakemerdekaan
  2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa pascakemerdekaan
  3. Untuk mengetahui Peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkermbangan bahasa Indonesia
  4. Untuk mengetahui sejarah ejaan Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)
  5. Untuk mengetahui perkembangan Bahasa Indonesia pada masa reformasi
  6. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Masa Prakemerdekaan

Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu di pakai sebagai bahasa penghubung antar suku di Nusantara dan sebagai bahasa yang di gunakan dalam perdagangan antara pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar Nusantara.

Perkembangan dan pertumbuhan Bahasa Melayu tampak lebih jelas dari berbagai peninggalan-peninggalan misalnya:

  • Tulisan yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380
  • Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683.
  • Prasasti Talang Tuo, di Palembang pada Tahun 684.
  • Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun 686.
  • Prasati Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada Tahun 688.

Dan pada saat itu Bahasa Melayu telah berfungsi sebagai:

  1. Bahasa kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisia aturan-aturan hidup dan sastra.
  2. Bahasa perhubungan (Lingua Franca) antar suku di indonesia
  3. Bahasa perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun pedagang yang berasal dari luar indonesia.
  4. Bahasa resmi kerajaan.

Bahasa melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara, serta makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya karena bahasa Melayu mudah di terima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh karena itu para pemuda indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa indonesia. (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).

Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia yaitu :

  1. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa perdangangan.
  2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
  3. Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
  4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.

Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bentuk resmi bahasa Melayu karena dipakai oleh Kesultanan Malaka, yang kelak disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaannya terbatas di kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya.

Pada akhir abad ke-19 pemerintah kolonial Hindia-Belanda melihat bahwa bahasa Melayu (Tinggi) dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi. Pada periode ini mulai terbentuklah “bahasa Indonesia” yang secara perlahan terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor. Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua franca (bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak yang menggunakannya sebagai bahasa ibu. Bahasa ibu masih menggunakan bahasa daerah yang jumlahnya mencapai 360 bahasa.

Pada pertengahan 1800-an, Alfred Russel Wallace menuliskan di bukunya Malay Archipelago bahwa “penghuni Malaka telah memiliki suatu bahasa tersendiri yang bersumber dari cara berbicara yang paling elegan dari negara-negara lain, sehingga bahasa orang Melayu adalah yang paling indah, tepat, dan dipuji di seluruh dunia Timur. Bahasa mereka adalah bahasa yang digunakan di seluruh Hindia Belanda.”

Pada awal abad ke-20, bahasa Melayu pecah menjadi dua. Di tahun 1901, Indonesia di bawah Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen sedangkan pada tahun 1904 Malaysia di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.

  1. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Masa Pascakemerdekaan

Berhubung dengan menyebar Bahasa Melayu ke pelosok nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama islam di wilayah nusantara. Serta makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya, karena bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan.

Perkembangan bahasa Melayu di wilayah nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia oleh karena itu para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia.

Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam rapat, para pemuda berikrar:

  1. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia.
  2. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
  3. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Ikrar para pemuda ini di kenal dengan nama “Sumpah Pemuda”. Unsur yang ketiga dari “Sumpah Pemuda” merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa indonesia. Pada tahun 1928 bahasa Indonesia di kokohkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia di nyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945, karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 di sahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Di dalam UUD 1945 di sebutkan bahwa “Bahasa Negara Adalah Bahasa Indonesia,(pasal 36). Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa indonesia di pakai oleh berbagai lapisan masyarakat indonesia.

  1. Peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkermbangan bahasa Indonesia
  2. Budi Otomo.

Pada tahun 1908, Budi Utomo yang merupakan organisasi yang bersifat kenasionalan yang pertama berdiri dan tempat terhidupnya kaum terpelajar bangsa Indonesia, dengan sadar menuntut agar syarat-syarat untuk masuk ke sekolah Belanda diperingan,. Pada kesempatan permulaan abad ke-20, bangsa Indonesia asyik dimabuk tuntutan dan keinginan akan penguasaan bahasa Belanda sebab bahasa Belanda merupakan syarat utam untuk melanjutkan pelajaran menambang ilmu pengetahuan barat.

  1. Sarikat Islam.

Sarekat islam berdiri pada tahun 1912. mula-mula partai ini hanya bergerak dibidang perdagangan, namun bergerak dibidang sosial dan politik jga. Sejak berdirinya, sarekat islam yang bersifat non kooperatif dengan pemerintah Belanda dibidang politik tidak perna mempergunakan bahasa Belanda. Bahasa yang mereka pergunakan ialah bahasa Indonesia.

  1. Balai Pustaka.

Dipimpin oleh Dr. G.A.J. Hazue pada tahu 1908 balai pustaku ini didirikan. Mulanya badan ini bernama Commissie Voor De Volkslectuur, pada tahun 1917 namanya berubah menjadi balai pustaka. Selain menerbitkan buku-buku, balai pustaka juga menerbitkan majalah.

Hasil yang diperoleh dengan didirikannya balai pustaka terhadap perkembangan bahasa melau menjadi bahasa Indonesia dapat disebutkan sebagai berikut :

  1. Meberikan kesempatan kepada pengarang-pengarang bangsa Indonesia untuk menulis cerita ciptanya dalam bahasa melayu.

  2. Memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk membaca hasil ciptaan bangsanya sendiri dalam bahasa melayu.

  3. Menciptakan hubungan antara sastrawan dengan masyarakat sebab melalui karangannya sastrawan melukiskan hal-hal yang dialami oleh bangsanya dan hal-hal yang menjadi cita-cita bangsanya.

  4. Balai pustaka juga memperkaya dan memperbaiki bahasa melayu sebab diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh karangan yang akan diterbitkan di balai pustaka ialah tulisan dalam bahasa melayu yang bersusun baik dan terpelihara.

  5. Sumpah Pemuda.

Kongres pemuda yang paling dikenal ialah kongres pemuda yang diselenggarakan pada tahun 1928 di Jakarta. Pada hal sebelumnya, yaitu tahun 1926, telah pula diadakan kongres p[emuda yang tepat penyelenggaraannya juga di Jakarta. Berlangsung kongres ini tidak semata-mata bermakna bagi perkembangan politik, melainkan juga bagi perkembangan bahasa dan sastra Indonesia.

Dari segi politik, kongres pemuda yang pertama (1926) tidak akan bisa dipisahkan dari perkembangan cita-cita atau benih-benih kebangkitan nasional yang dimulai oleh berdirinya Budi Utomo, sarekat islam, dan Jon Sumatrenan Bond. Tujuan utama diselenggarakannya kongres itu adalah untuk mempersatukan berbagai organisasi kepemudaan pada waktu itu.

Pada tahun itu organisasi-organisasi pemuda memutuskan bergabung dalam wadah yang lebih besar Indonesia muda. Pada tanggal 28 Oktober 1928 organisasi pemuda itu mengadakan kongres pemuda di Jakarta yang menghasilkan sebuah pernyataan bersejarah yang kemudian lebih dikenal sebagai sumpah pemuda. Pertanyaan bersatu itu dituangkan berupa ikrar atas tiga hal, Negara, bangsa, dan bahasa yang satu dalam ikrar sumpah pemuda.
Peristiwa ini dianggap sebagai awal permulaan bahasa Indonesia yang sebenarnya, bahasa Indonesia sebagai media dan sebagai symbol kemerdekaan bangsa. Pada waktu itu memang terdapat beberapa pihak yang peradaban modern. Akan tetapi, tidak bisa dipumgkiri bahwa cita-cita itu sudah menjadi kenyataan, bahasa Indonesia tidak hanya menjadi media kesatuan, dan politik, melainkan juga menjadi bahasa sastra indonesia baru.

  1. Sejarah Perkembangan EYD

Ejaan merupakan cara atau aturan menulis kata-kata dengan huruf menurut disiplin ilmu bahasa. Dengan adanya ejaan diharapkan para pemakai menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai aturan-aturan yanga ada. Sehingga terbentuklah kata dan kalimat yang mudah dan enak didengar dan dipergunankan dalam komonikasi sehari hari. Sesuai dengan apa yang telah diketahui bahwa penyempurnaan ejaan bahsa Indonesia terdiri dari:

  1. Ejaan van Ophuijsen

Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Charles Van Ophuijsen yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim menyusun ejaan baru ini pada tahun 1896. Pedoman tata bahasa yang kemudian dikenal dengan nama ejaan van Ophuijsen itu resmi diakui pemerintah kolonial pada tahun 1901. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:

  1. Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mulaï dengan ramai. Juga digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa.
  2. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.
  3. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.
  4. Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dsb.
  5. Ejaan Soewandi

Ejaan Soewandi adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa Indonesia yang berlaku sejak 17 Maret 1947. Ejaan ini kemudian juga disebut dengan nama edjaan Soewandi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu. Ejaan ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuijsen yang mulai berlaku sejak tahun 1901.

  1. Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.
  2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak, rakjat, dsb.
  3. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
  4. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mendampinginya.

Perbedaan-perbedaan antara ejaan ini dengan ejaan Van Ophuijsen ialah:

  1. huruf ‘oe’ menjadi ‘u’, seperti pada goeroe → guru.
  2. bunyi hamzah dan bunyi sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan (‘) ditulis dengan ‘k’, seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.
  3. kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti ubur2, ber-main2, ke-barat2-an.
  4. awalan ‘di-’ dan kata depan ‘di’ kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Kata depan ‘di’ pada contoh dirumah, disawah, tidak dibedakan dengan imbuhan ‘di-’ pada dibeli, dimakan.

Ejaan Soewandi ini berlaku sampai tahun 1972 lalu digantikan oleh Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) pada masa menteri Mashuri Saleh. Pada masa jabatannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, pada 23 Mei 1972 Mashuri mengesahkan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan dalam bahasa Indonesia yang menggantikan Ejaan Soewandi. Sebagai menteri, Mashuri menandai pergantian ejaan itu dengan mencopot nama jalan yang melintas di depan kantor departemennya saat itu, dari Djl. Tjilatjap menjadi Jl. Cilacap.

  1. Ejaan Yang Disempurnakan

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB). Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan buku panduan pemakaian berjudul “Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”.

Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan” dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah”.

Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah:

‘tj’ menjadi ‘c’ : tjutji → cuci
‘dj’ menjadi ‘j’ : djarak → jarak
‘oe’ menjadi ‘u’ : oemoem → umum
‘j’ menjadi ‘y’ : sajang → sayang
‘nj’ menjadi ‘ny’ : njamuk → nyamuk
‘sj’ menjadi ‘sy’ : sjarat → syarat
‘ch’ menjadi ‘kh’ : achir → akhir
awalan ‘di-’ dan kata depan ‘di’ dibedakan penulisannya. Kata depan ‘di’ pada contoh “di rumah”, “di sawah”, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara ‘di-’ pada dibeli, dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.

  1. Perkembangan Bahasa Indonesia Masa Reformasi

Munculnya Bahasa Media Massa ( bahasa Pers ):

  1. Bertambahnya jumlah kata-kata singkatan (akronim);
  2. Banyak penggunaan istilah-istilah asing atau bahasa asing adalam surat kabar.

Pers telah berjasa dalam memperkenalkan istilah baru, kata-kata dan ungkapan baru, seperti KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), kroni, konspirasi, proaktif, rekonsiliasi, provokator, arogan, hujat, makar, dan sebagainya.

Bahasa Indonesia sudah mulai bergeser menjadi bahasa kedua setelah Bahasa Inggris ataupun bahasa gaul. Selain itu, dipengaruhi pula oleh media iklan maupun artis yang menggunakan istilah baru yang merupakan penyimpangan dari kebenaran cara berbahasa Indonesia maupun mencampuradukan bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.

  1. K edudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

Kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia, yaitu:

  1. Sebagai bahasa persatuan (alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya
  2. Bahasa nasional;
  3. Bahasa resmi
  4. Bahasa budaya dan Bahasa ilmu
  5. Sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga
  6. Pendidikan

BAB III

PENUTUP

  1. Kesimpulan

Dapat disimpullkan dari makalah ini, bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu. Bahasa melayu dipilih sebagai bahasa pemersatu (bahasa Indonesia) karena :

  • Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa perdangangan.
  • Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
  • Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
  • Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.
  1. Saran

Bahasa Indonesia yang kita ketahui sebagai mana dari penjelasan terdahulu memiliki banyak rintangan dan kendala untuk mewujudkan menjadi bahasa pemersatu, bahasa nasional, bahasa Indonesia. Sehingga kita sebagai generasi penerus mampu untuk membina, mempertahankan bahasa Indonesia ini, agar tidak mengalami kemerosotan dan diperguna dengan baik oleh pihak luar.

DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2013. Makalah Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia, http://selidik86.blogspot.com/2013/03/makalah-sejarah-perkembangan-bahasa_9.htmlV , diakses pada Jumat, 12 September 2014 pukul 09:34

Anak Pesisir. 2012. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia http://jaririndu.blogspot.com/2012/01/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia.html, diakses pada Rabu, 10 September 2014 pukul 01.00

Kartika Nur Ramadha. 2009. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia. http://jaririndu.blogspot.com/2012/01/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia.html, diakses pada Rabu, 10 September 2014 pukul 01.00

Makalah di atas diambil dari https://ingridelvina.blog.uns.ac.id/2014/09/14/makalah-sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia/ namun hanya bisa diakses melalui https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:M8LPpUBFuLUJ:https://ingridelvina.blog.uns.ac.id/2014/09/14/makalah-sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia/+&cd=18&hl=en&ct=clnk&gl=id&client=opera

Tambahan lain lagi terkait sejarah bahasa Indonesia. Namun ini hanya halaman yang diambil dari sebuah blog. Tidak terlihat ada daftar pustaka di sana tapi setidaknya bisa dijadikan sebagai perbandingan.

  • https://www.romadecade.org/sejarah-bahasa-indonesia/
  • https://salamadian.com/sejarah-bahasa-indonesia/

Kalau ini makalah:

  • Makalah Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia DOC https://www.academia.edu/32322479/SEJARAH_PERKEMBANGAN_BAHASA_INDONESIA
  • Makalah Perkembangan Bahasa Indonesia DOC https://www.academia.edu/22869733/Perkembangan_Bahasa_Indonesia

Punya cerita lain mengenai sejarah dan perkembangan bahasa Indonesia?
Tinggalkan komentar di bawah.
Terima kasih