Warga Banyuwangi, Wongsorejo Belajar Bahasa Inggris Dari Dua Bule Jerman

Berita ini cukup menarik karena mereka yang belajar bahasa Inggris langsung dari penutur aslinya, meski dari Jerman, tidak dipungut biaya alias gratis. Warga Wongsorejo, Banyuwangi, Jawa Timur banyak yang semangat belajar bahasa Inggris. Mulai dari yang muda sampai yang muda.

Dua warga asing ini merupakan relawan dari yayasan nirlaba dengan visi mencerdaskan masyarakat. Sudah dua minggu mereka di Banyuwangi. Bahkan komentar mereka, Banyuwangi tidak kalah dengan Bali. Bali ramai, sedangkan Banyuwangi alamnya masih alami. Memang kalau lihat situs pemerintah kabupaten Banyuwangi, tampaknya pemda Banyuwangi menggalakkan program pariwisata.

Warga%20Banyuwangi%20Wongsorejo%20Belajar%20Bahasa%20Inggris%20Dari%20Dua%20Bule%20Jerman

Contoh Materi Pelajaran Belajar Bahasa Inggris

Dua bule cantik ini memberi materi pelajaran tentang:

  • Memperkenalkan diri
  • Pengenalan nama buah
  • Pengenalan warna dalam bahasa Inggris

Awalnya mereka mengajar bahasa Inggris di Pekanbaru. Namun berhubung di wilayah Sumatra saat ini kebakaran hutan dan banyak asap akhirnya mereka ke Banyuwangi. Warga Wongsorejo pun menyambut mereka dengan ramah.

Dua Bule Cantik Ini Blusukan Ajarkan Bahasa Inggris Untuk Warga Banyuwangi

Ardian Fanani - detikNews
Rabu 02 Oktober 2019, 12:12 WIB

Banyuwangi - Dua bule cantik asal Jerman, Sarah Zeiger (22) dan Teresa Reff (23) blusukan di perkampungan di Desa Alasbuluh, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi. Mereka sedang sibuk menjemput murid-murid mereka yang akan belajar bahasa Inggris. Muridnya pun segala umur. Mulai dari anak-anak TK dan pelajar, hingga para manula.

Dua bule muda asal Jerman ini adalah relawan dari sebuah yayasan nirlaba Sunshine Foundation yang memiliki program kerja learning center. Selama 2 minggu, mereka intens memberikan pelajaran bahasa Inggris bagi warga sekitar.

“Nama saya Sarah, saya sudah dua minggu berada di Banyuwangi, mengajar bahasa Inggris di sini. Yang belajar cukup banyak. Mulai dari anak-anak hingga para manula. Saya berharap orang-orang di sini bisa bahasa Inggris,” ujarnya kepada wartawan, Rabu (2/10/2019).

Tak hanya mengajar, dengan menggunakan mobil, sarah dan Teresa, sebelumnya mendatangi rumah seorang manula yang ada di desa Alasbuluh. Satipah (60) salah satu siswinya dijemput mereka karena memiliki semangat tinggi untuk belajar. Tidak heran, ketika dijemput Sarah dan Teresa, sang nenek yang sehari-harinya bekerja sebagai buruh itu sudah siap untuk belajar.

“Ada banyak siswa disini. Mulai kuda sampai tua. Mereka bersemangat belajar bahasa Inggris,” tambah Teresa.

Tidak hanya Satipah, para peserta belajar bahasa Inggris bersama Sunshine Foundation ini juga diikuti para remaja desa setempat bahkan anak-anak. Meski ada yang mengaku buta huruf, namun para peserta belajar bahasa Inggris ini tetap antusias.

“Mereka kita ajari cara memperkenalkan diri, warna, buah-buahan hingga benda-benda di sekitarnya. Meski ada yang malu-malu karena belum bisa baca tulis. Tapi mereka semangat belajar,” tambah Sarah.

Sarah dan Teresa sebelumnya juga bergabung dengan salah satu yayasan nirlaba di Pekanbaru, untuk memberikan pelajaran bahasa Inggris untuk masyarakat sekitar disana. Namun, lantaran asap yang mengepung wilayah tersebut keduanya tidak kerasan.

“Sebelumnya saya juga datang ke Pekanbaru dan mengajar bahasa Inggris juga di sana. Namun kami tidak bisa lama di sana karena banyak asap di mana-mana. Kalau di Banyuwangi sangatlah menyenangkan. Saya sangat senang dengan keramahan orang-orang di sini,” tambah Sarah.

Selain mengajar, para relawan juga dapat merasakan keindahan Banyuwangi dan mengeksplornya. Mereka juga menyempatkan diri berkunjung ke beberapa destinasi wisata. Diantaranya Kawah Ijen. Taman Nasional Baluran hingga keindahan pantai seperti Plengkung di Alaspurwo maupun Pantai Pulau Merah.

“Orang (turis asing) hanya mengenal Bali. Padahal Banyuwangi sangat bagus sekali. Alamnya masih natural dan tidak ramai seperti Bali. Saya pasti akan berkunjung kembali kesini,” pungkas kedua relawan ini.

Sementara itu, Satipah, salah satu warga yang belajar bahasa Inggris mengaku senang bisa kembali belajar. Dia mengaku belajar mengucapkan angka-angka dalam bahasa Inggris. Selain itu juga mengenal nama buah-buahan dalam bahasa Inggris.

“Ya lumayan, senang, diajari warna kuning hitam, diajari nama buah mangga. Sering belajar disini, sudah ada 10 kali, sudah bisa biacara bahasa Inggris lumayan,” tambahnya.

Sementara itu, Ketua Yayasan Sunshine Foundation, Fachrudin, mengaku sengaja mendatangkan relawan dari berbagai negara untuk mendukung program pembangunan manusia berkelanjutan. Selain belajar budaya, bahasa serta adat istiadat setempat, para relawan juga membagikan ilmunya yaitu belajar bahasa Inggris pada warga setempat secara gratis.

“Kami hampir 2 minggu disini dengan program keberlanjutan. Di sini kami menggandeng PT Wongsorejo untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat termasuk memberikan pelajaran bahasa Inggris gratis,” ujarnya.

Untuk menjaring relawan, kata Fachrudin, dirinya membuka lowongan di website mereka. Siapapun bisa bergabung membantu yayasan nirlaba miliknya asal sesuai dengan visi dan misi, yakni mencerdaskan masyarakat.

“Kami semacam ada website calon relawan. Jika mereka setuju dengan visi kita dan latar belakang ini cocok baru kita terima,” tambahnya.

Tidak hanya Sarah dan Teresa saja, akan tetapi banyak para relawan dari berbagai negara yang akan bersosialisasi dan mengajarkan bahasa asing para warga setempat setiap tiga bulan sekali.

“Tujuannya agar warga lokal juga bisa berbahasa Inggris, serta bisa mendapatkan kesempatan pekerjaan yang baik dan mampu memenuhi persyaratan pasar tenaga kerja,” pungkasnya.
(iwd/iwd)

Detiknews https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4730402/dua-bule-cantik-ini-blusukan-ajarkan-bahasa-inggris-untuk-warga-banyuwangi
Keterangan gambar: Tak hanya yang muda, yang tua pun juga belajar bahasa Inggris (Foto: Ardian Fanani)

Salut juga melihat semangat bule ini mengajar orang yang usainya suda tua. Bahkan ada yang tidak bisa baca tulis. Usia mereka masih muda dan sudah berani melancong ke luar negeri.