Ini termasuk berita langka. Saya juga menulis ulangnya di sini agak gimana… gitu. Hal yang menarik dari berita ini, ternyata ada “bisnis” bahasa.
Memang, kalau ada orang asing ingin kuliah di negeri lain, maka ia harus bisa memenuhi syarat lulus ujian bahasa pengantar di negeri tersebut. Misalnya kalau orang Indonesia mau kuliah ke luar negeri dengan bahasa pengantar perkuliahan adalah bahasa Inggris, maka harus lulus standar minimum nilai TOEFL atau IELTS.
Begitu juga sebaliknya. Jika ada orang asing ingin kuliah di Indonesia, maka harus lulus ujian kemampuan bahasa Indonesia.
Pelapor yang Digugat Balik, Prof. Dr. Gerd Schroder-Turk
Saya baca beritanya agak merinding juga. Ada seorang profesor yang berani membongkar skandal di kampusnya. Lalu kampusnya menggugat balik, karena rugi jutaan dolar.
Salut juga dengan keberanian profesor ini. Meski kampusnya malah menuntut balik. Luar biasa.
Jumat 11 Oktober 2019, 13:05 WIB
Dosen Australia yang Bongkar Skandal Bahasa Inggris Mahasiswa Asing Digugat
ABC Australia - detikNews
Canberra -
Dosen Universitas Murdoch Australia Barat Prof Dr Gerd Schroder-Turk yang membongkar skandal kemampuan Bahasa Inggris mahasiswa asing kini digugat jutaan dolar oleh kampusnya.murdoch uni
Skandal Bahasa Inggris Mahasiswa Asing
- Investigasi ABC mengungkap Murdoch University sebagai salah satu universitas di Australia yang menerima mahasiswa asing dengan kemampuan Bahasa Inggris di bawah standar yang diumumkan
- Dr Gerd Schroder-Turk membongkar kasus ini dan menggugat kampusnya itu
- Murdoch University kini menggugat balik dengan tuntutan ganti rugi jutaan dolar.
Dokumen pengadilan menyebutkan Universitas Murdoch mengajukan gugatan ganti rugi kepada Dr Schroder-Turk, karena kampus itu katanya kehilangan pendapatan jutaan dolar akibat berkurangnya mahasiswa asing sejak program investigasi Four Corners ABC ditayangkan.
Investigasi ini membongkar skandal Bahasa Inggris mahasiswa asing di Australia, dimana sejumlah perguruan tinggi ternama diketahui telah menurunkan standar kemampuan bahasa mahasiswa asing demi meningkatkan jumlah mahasiswa sebanyak-banyaknya.
Dr Schroder-Turk adalah salah satu dari tiga akademisi Universitas Murdoch yang menyuarakan keprihatinan atas situasi sekelompok mahasiswa India yang banyak gagal dalam mata kuliahnya.
Investigasi ABC menemukan Universitas Murdoch merupakan salah satu dari sejumlah universitas Australia yang bersedia menerima mahasiswa asing di bawah standar kemampuan Bahasa Inggris sebagaimana yang mereka terbitkan sendiri.
Selain itu, universitas ini telah menerima calon mahasiswa melalui cara lain tanpa harus mengikuti tes Bahasa Inggris secara independen.
Dr Schroder-Turk, yang juga anggota senat universitas, sebelumnya mengambil langkah hukum dengan menggugat kampusnya ke Pengadilan.
Dalam gugatannya dia menuntut ganti rugi dan surat perintah pengadilan untuk menghentikan universitas itu mengambil tindakan disipliner terhadapnya.
Dr Schroder-Turk menyatakan dalam pertemuan senat yang diadakan dua hari setelah ABC menyiarkan laporannya, dia diusulkan untuk diberhentikan dari posisinya di senat.
Kini Universitas Murdoch mengajukan gugatan balik terhadap Dr Schroder-Turk, dengan tuduhan dia telah melanggar kewajibannya karena mengungkapkan informasi kepada wartawan.
Kampus ini juga mengklaim telah mengalami kerusakan nama baik sebagai akibat dari pemberitaan media.
Menanggapi hal itu, pakar hukum pada Griffith University Profesor AJ Brown mengatakan kasus ini bisa menjadi ujian hukum yang penting.
“Saya belum pernah dengar sebuah universitas atau organisasi apa pun, yang malah menggugat balik pelapor untuk ganti rugi,” katanya.
Kasus ini, menurut Prof Brown, Itu bisa menjadi pertarungan hukum yang berlarut-larut dan mahal, yang selama ini membuat banyak orang enggan berperkara ke pengadilan.
Menurut gugatan balik Universitas Murdoch, mereka telah menghabiskan biaya operasional yang signifikan dalam menanggapi penyelidikan pihak terkait akibat pemberitaan ABC.
Selain itu, katanya, Penilaian Risiko Imigrasi Universitas Murdoch ditingkatkan ke level tertinggi oleh Departemen Dalam Negeri, artinya urusan visa calon mahasiswa asing di kampus itu diawasi sangat ketat.
Universitas Murdoch mengklaim jumlah mahasiswa asing yang mereka terima telah anjlok sekitar 15 persen dibandingkan perkiraan, sehingga akan menyebabkan kehilangan pendapatan jutaan dolar.
Ketua Serikat Buruh Perguruan Tinggi Australia Barat Jonathan Hallett mengecam gugatan balik Universitas Murdoch yang menurutnya bukan hanya upaya pembungkaman tapi juga menuntut ganti rugi.
Jurubicara Universitas Murdoch yang dihubungi menyatakan tidak akan berkomentar karena kasusnya sekarang sudah di pengadilan.
External Link: Four Corners - Cash Cows: Australian universities making billions out of international students
https://www.youtube.com/watch?v=Sm6lWJc8KmE
Simak berita lainnya dari ABC Indonesia.
(ita/ita)
Sumber: https://news.detik.com/abc-australia/d-4742227/dosen-australia-yang-bongkar-skandal-bahasa-inggris-mahasiswa-asing-digugat
Karena ini urusan negara lain, jadi tidak bisa komentar banyak. Paling tidak, dari berita ini, ada pelajaran yang bisa diambil. Dari sisi orang yang sedang belajar bahasa Inggris, TOEFL atau IELTS misalnya, setidaknya tetap fokus supaya nilai ujian bahasa Inggris bisa memenuhi persyaratan kuliah di kampus yang dituju.
Hikmah lain, bahasa Inggris sudah punya standar tersendiri. Bahasa Indonesia, juga ada, mungkin dengan UKBI.