Pilkada, Pandemi, dan Pemula

WhatsApp Image 2020-10-23 at 10.19.19
Jumat 9 Oktober 2020

Pelantikan 15 anggota Penggerak Partisipasi (Gerak Pasti)

(Sumber: dokumentasi KPU Kota Surakarta)

SOLO- Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surakarta sesuai agenda akan dilaksanakan pada tanggal 9 Desember 2020. Pilkada serantak akan digelar di 270 daerah dengan rincian 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota. Salah satu kota yang melaksanakan pilkada tersebut ialah kota Solo. Pelaksanaan pilkada pada periode ini dirasa sangat berbeda dengan periode-periode sebelumnya, yang membedakan ialah dilaksanakan ditengah pandemi. Pelaksanaan pilkada ini sebagai perwujudan hak konstitusional seluruh masyarakat Indonesia untuk memilih dan dipilih.

Setiap pelaksaanan pemilu pasti tak luput dengan adanya pemilih baru atau pemula yang akan ikut berpatisipasi menyalurkan hak suaranya. Menurut data yang telah diunggah di laman instagram resmi KPU Kota Surakarta (@kpusurakarta) totol DPT (Daftar Pemilih Tetap) ialah 418.283 pemilih yang terdiri dari 35.762 pemilih berusia kurang dari 20 tahun, 82.672 pemilih berusia 21-30 tahun, 85.859 pemilih berusia 31-40 tahun, 82.993 pemilih berusia 41-50 tahun, 69.346 pemilih berusia 51-60 tahun, 42.591 pemilih berusia 61-70 tahun, 14.774 pemilih berusia 71-80 tahun, 3.936 pemilih berusia 81-90 tahun, 343 pemilih berusia 91-100 tahun, dan 7 pemilih berusia diatas 100 tahun. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa sebanyak 35.762 pemilih merupakan pemilih baru atau pemula.

KPU Kota Surakarta melalui Divisi Sosialisasi telah membentuk Penggerak Partisipasi (Gerak Pasti) sebanyak 15 (lima belas) orang pada Jumat, 9 Oktober 2020. Tugas utama yang harus dilaksanakan oleh para anggota Gerak Pasti ialah memberikan sosialisasi terkait pemilu kepada para pemilih baru.

Santi Nikasih seorang PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan) Banjarsari, juga mantan anggota Relawan Demokrasi Pemilu 2019. Selasa (6/10/2020) menyampaikan pendapatnya terkait sosialisasi kepada pemilih pemula.

“Kita memberikan sosialisasi kepada pemilih pemula, yakni anak-anak SMA sama yang mahasiswa tingkat pertama. Karena biasanya orang-orang itu yang butuh edukasi lebih terkait pemilu. Apalagi pemilu kemarin, kita bahas pemilu kemarin itu ada 5 kotak dan kertasnya banyak banget, gede banget. Itu susah untuk mengedukasi mereka untuk datang ke TPS maupun nyoblos itu susah banget.” kata Santi

Santi juga menambahkan “Sebetulnya ini momen untuk meningkatkan angka pemilih itu ya dari mengoptimalkan pemahaman dari pemilih pemula terkait dengan pemilu.”

Selain itu, dari pemilih baru sendiri memiliki antusias tersendiri. Ada yang merasa perannya tidak begitu diperlukan dalam pemilihan ini, ada juga yang sangat antusias untuk memilih pemimpin di wilayahnya tersebut. Keberadaan Gerak Pasti tentunya sangat berpengaruh besar terhadap para pemilih pemula, informasi dan edukasi yang diberikan dinantikan oleh mereka.

Vivi remaja yang baru saja berusia 17 tahun pada Selasa (6/10/2020) menyampaikan bahwa ia sangat antusias manyambut pilkada tahun ini.

“Meskipun pilkada ini diselenggarakan di tengah pandemi, namun saya sangat bersemangat untuk menyalurkan suara saya. Ini momen pertama kali saya mencoblos.” ungkap Vivi.

KPU RI bersama dengan penyelenggara pemilu tingkat daerah bekerja sama untuk menemukan win win solution dalam pilkada tahun ini. Momen ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi pemilih untuk menyalurkan hak suara yang dimilikinya. Suasana yang tenang dan kondusif di tengah pandemi juga diharapkan dapat terwujud. Segala persiapan demi terpenuhinya protokol kesehatan dalam pemilihan ini juga sedang dipersiapkan oleh penyelenggara. Semoga pelaksanaan pemilu dapat berjalan seperti jargon yang sering disampaikan oleh KPU Kota Surakarta “Pilwalkot Sehat, Rakyat Selamat”.

Terakhir Santi mengungkapkan harapannya mengenai berlangsungnya Pilkada pada tahun ini “Harapan saya tetap untuk lebih bijak menanggapi kondisi, karena memang ini adalah salah satu pelaksanaan hak konstitusional tiap orang yakni untuk memilih dan dipilih. Melaksanakan salah satu hak pilihnya untuk menentukan siapa pemimpin dari tiap daerah tersebut. Tentunya dengan memperhatikan protokol kesehatan. Isunya kan memang akan ada pemilihan secara terjadwal atau kloter misal dibagi 3 kloter, dengan pembatasan jumlah minimum. Lalu tintanya itu bukan dicelup tapi pipet yang diteteskan. Memakai sarung tangan, sebelum masuk di thermogun , atau memilihnya dengan tusuk gigi. I don’t know ”.

2 Likes