Layangan: Fenomena Kebiasaan Baru dan Lahan Rezeki di Tengah Pandemi

Oleh : Rullyani Kuncoro Putri
(Wonogiri, 28 Oktober 2020)

IMG-20201022-WA0049
(Sumber: @iidaaku)

Kebiasaan baru di tengah pandemi, warga Slogohimo memilih layangan sebagai solusi.

WONOGIRI Fenomena main layang-layang menjadi kebiasaan baru bagi warga Kecamatan Slogohimo. Permainan dari bambu dan kertas ini semakin hit selama pandemi Covid-19 menghantui warga Slogohimo. Bukan sekadar bermain saja, namun aktivitas bermain layangan menjadi rutinitas warga menjelang sore. Fenomena main layang-layang ini menjadi hiburan sekaligus ajang kreativitas warga di tengah pandemi yang tidak kunjung berakhir.

Fenomena main layang-layang tidak hanya diminati oleh anak-anak namun orang dewasa pun juga ikut meramaikan fenomena ini. “Banyak banget yang main atau yang buat layang-layang. Bentuknya macem-macem.” Ujar Moicka Febrianti (20) warga Desa Waru, Kecamatan Slogihimo (27/09/2020). Monicka mengatakan jika bentuk layang-layang yang digunakan dalam permainan sangat beragam.

Hal tersebut dibenarkan oleh Devi (19) warga Desa Sedayu, Kecamatan Slogohimo terkait kreativitas warga dalam membuat layang-layanng. “Macem-macem sih, kebanyakan mereka buat sendiri dari layangan persegi yang biasa itu, sampai beragam bentuk, misalnya elang, pesawat, sampai bentuk kunti pun ada.” Jelas Devi (25/09/2020).

Selain sebagai ajang kreativitas, fenomena main layang-layang ini menjadi hiburan bagi warga. Anak-anak, remaja, orang tua, bahkan warga yang sudah lansia pun menikmati fenomena ini. Menurut Parjo (50) warga Desa Bendo, Kecamatan Slogohimo masa pandemi seperti ini tidak bisa dijadikan alasan untuk bermalas-malasan. “Itung-itung buat memperpanjang umur. Daripada jenuh malah nantinya jadi stres. Soalnya enggak bisa ke mana-mana. Ya sudah main layangan saja sama anak-anak.” Tambah Samino (26/09/2020).

Fenomena main layang-layang tidak sekadar menjadi pelepas penat bagi warga, namun sebagai sumber rezeki tambahan di tengah pandemi seperti ini. Adanya fenomena layangan ini membuka peluang usaha bagi Yoga Hermawan (28) penjual layangan Desa Sawo, Kecamatan Slogohimo. Ia mengaku dampak fenomena layangan di Kecamatan Slogohimo mendatangkan pundi-pundi rupiah.

Ia mengakui bahwa permintaan layangan semakin meningkat di masa pandemi. Pembeli tidak hanya dari Desa Sawo saja, tetapi dari Desa Bendo, Desa Ngepoh, dan Desa Made di Kecamatan Slogohimo.

“Sekarang lebih banyak yang main layangan daripada dulu-dulu sebelum Corona, Mbak.” Ujar Yoga. Harga layangan bervariasi tergantung dari ukuran dan jenis layangan. “Layangan biasa yang kecil itu Rp2.000,00, kalo yang rada besar bisa Rp5.000,00. Tapi kalo yang bentuknya unik kayak burung bisa Rp45.000,00 ‒ Rp50.000,00. Lumayan lah, Mbak. Buat tambah-tambah. Wong nguntingi bayem enggak sampai Rp1.000,00 dapetnya.” Tambah Yoga (2/10/2020). Dalam sehari Yoga bisa menjual kurang lebih sepuluh layangan dengan pendapatan kisaran Rp100.000,00 perhari.

Meskipun fenomena main layang-layang ini tidak akan berlangsung lama, namun Yoga berharap pandemi Covid-19 ini cepat berlalu dan ia segara bisa merantau kembali untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.

2 Suka

Main layang-layang seperti jaman dulu. Seru. Nice info kak

2 Suka