Ini adalah sambungan dari topik sebelumnya Reaksi Orang Indonesia Saat Mendengar Kata Indonesia yang Baru - Sangkil & Mangkus. Tujuannya, supaya memperbanyak dan kejar target Daftar 100 Topik Pertama Bahasawan.
Tentu saja ada banyak komentar dan reaksi. Tanggapan dan respon ini adalah hak pengguna sendiri, orang Indonesia.
“Aku sudah salin rekat pranala yang ada di peladen, aku surel narahubungmu tapi dia luring. Seharusnya gawainya selalu daring agar komunikasi sangkil dan mangkus.”
Saya coba himpun beberapa komentar yang bermanfaat. Komentar ini saya kumpulkan dari tempat kiriman Facebook itu dibagikan ulang. Sudah 87 kali dibagikan ulang. Tentu ada banyak komentar dan respon yang didapat.
- Pusing/tidak mengerti/kebingungan/speechless
- Perlu belajar bahasa Indonesia lagi
- Keren
- Sebaiknya bahasa-bahasa itu perlu dibudayakan/disosialisasikan/diperkenalkan
- Mendadak seperti orang asing
- Bahasa baru ini perlu diperjuangkan agar dipakai
- Ternyata bahasa Indonesia sulit
- Sangkil dan mangkus masih asing
- Sepertinya perlu ikut Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI)
Selain respon komen komentar di atas, ada juga yang menambahkan dengan informasi yang menarik dan diskusi dari https://www.facebook.com/groups/himpunanpenerjemahindonesia/permalink/2438872556226207/
:
- Tidak pernah ketemu penggunaannya dalam tulisan dan percakapan. Pertama kali tahu kata sangkil dan mangkus sekitar tahun 1986 dalam kuliah Masalah Penerjemahan di FSUI, diberitahu Prof. Soenarjati D.
- Waktu semester 1 kuliah (tahun 1985) bareng Prof
Arif Subiyanto
, sudah dikasih tahu oleh Dosen kami Prof. Sardju (Alm) bahwa sangkil dan mangkus adalah dua kata yang gagal beredar. - Ketemu lagi sama kata Sangkil dan Mangkus. Beberapa hari yang lalu dibahas oleh Prof. Mansur.
- Berarti pengenalan kata juga butuh waktu dan perjuangan yaa… Plus nasionalisme.
- Terserah kehendak masyarakat sebagai pemakai bahasa. Kalau mereka tidak mau memakai istilah yg dipopulerkan pihak otoritas bahasa, siapa yang kuasa memaksa mereka?
- Kenyataannya memang seperti itu, apa mau dikata? Kita keliru menyikapi fenomena bahasa. Bahasa itu milik suatu bangsa, ya terserah bagaimana cara mereka menggunakan, mencintai dan berkreasi dengan bahasa itu. Kata sangkil dan mangkus memang gagal dipopulerkan, what can we do?
- Bahasa kadang tidak terduga. Siapa tahu ada tokoh yang dianggap cool gunakan frasa sangkil dan mangkus sehingga bisa mendadak ndangndut.
- Saya kira para penggiat/otoritas bahasa juga kurang bekerja keras. Opini itu sebenarnya bisa dibentuk.
Kurang lebih itu kumpulan komentar. Baru tahu juga ternyata sangkil dan mangkus adalah kata-kata yang pernah coba dipopulerkan. Namun akhirnya efisian dan efektif yang lebih diterima dipakai.
Jadi ingat dengan mouse, alat yang disandingkan dengan keyboard. Pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “tetikus”.