Feature: Pembelajaran Daring Kala Pandemi
Oleh: Arifatunnisa Sakinah
(Sukoharjo, 27 Mei 2020)
(Sumber: dokumentasi penulis)
Wajah serius Olivia menyapu setiap soal matematika di hadapannya. Sembari terkadang menggerutu kecil, ia berusaha menyelesaikan soal-soal tersebut. Sesekali ia bertanya pada sang kakak yang mendampinginya saat belajar.
“Kalau KBM daring seperti ini, banyak kendalanya. Salah satunya seperti ini. Kalau ada soal yang sukar, sulit jika hendak minta dijelaskan oleh guru,” tutur gadis yang sekarang menduduki kelas VII di SMP Negeri 1 Tawangsari, Sukoharjo, tersebut. “Kalaupun dijelaskan lewat whatsapp group saja tetap kurang paham, tidak seperti jika dijelaskan di depan kelas saat pembelajaran berlangsung,” lanjutnya.
Olivia kini sedang mempersiapkan diri untuk menempuh ujian kenaikan kelas yang rencananya akan dilaksanakan satu minggu mendatang. Ia mengaku sedikit khawatir dalam menghadapi ujian kali ini. Hal tersebut lantaran materi yang dijelaskan secara daring kurang mampu ia pahami. “Iya, sebentar lagi ujian. Tapi masih bingung dengan materinya. Ya susah kalau lewat online. Kadang malah gurunya hanya memberi soal, tidak begitu menjelaskan materi. Makanya agak kesulitan,” tutur gadis berlesung pipi tersebut.
Pertama kalinya melaksanakan ujian secara daring, aku Olivia, membuatnya sedikit gugup. “Karena di sini agak susah sinyal. Takut jika nanti di tengah pelaksanaan terjadi gangguan sinyal atau bagaimana,” tuturnya.
Pelaksanaan pembelajaran daring sebab pandemi Covid-19 memang menorehkan berbagai cerita. Siswa dan guru memiliki sudut pandang masing-masing dalam menghadapi pembelajaran daring ini.
Di lain pihak, kendala pelaksanaan pembelajaran daring juga dirasakan oleh Nawanta, salah satu guru di SMP Negeri 1 Weru, Sukoharjo. Ia mengaku harus menyesuaikan media pembelajaran dengan fasilitas yang dimiliki siswa. “Media yang digunakan tetap harus menyesuaikan keadaan siswa. Karena ya tidak semua siswa punya fasilitas yang memadai. Jadi saya putar otak bagaimana caranya agar seluruh peserta didik mampu mengakses materi dari saya,” tutur guru mata pelajaran Bahasa Inggris tersebut.
Di satu sisi, Nawanta merasa mendapat pengalaman baru dalam memanfaatkan kemajuan IPTEK. “Ya karena tuntutan keadaan, maka saya bisa ekplorasi lebih jauh seputar aplikasi-aplikasi dan platform yang bisa digunakan selama pembelajaran. Tapi pemanfaatannya tetap mempertimbangkan kemampuan akses siswa,” jelasnya.
Di akhir, Nawanta menambahkan pesan untuk tetap semangat menimba ilmu meski kondisi sedang tidak sama seperti dahulu. “Apa yang saat ini sedang kita alami, tentunya jangan hanya mengeluhkan kesulitan. Ada berbagai manfaat yang bisa mendewasakan diri kita. Tetap semangat, semoga keadaan lekas membaik.”