FEATURE: Kisah sarjana kok jadi petani?


SUKOHARJO - Dia mulai mengambil cangkul dan pergi ke sawah pagi-pagi sekali. Ketika banyak orang lebih memilih rebahan dan menghabiskan waktu di rumah, ia malah sudah berkeringat di bawah sinar sang fajar.

Linggar (22) merupakan mahasiswa lulusan Pendidikan Bahasa Inggris UIN Raden Mas Said Surakarta. Kondisi si saat ini mengharuskannya istirahat sejenak dari pekerjaannya sebagai guru bimbel.

“Bukan beralih bidang, tapi lebih ke kita menambah ilmu baru, dan itu sebenarnya keuntangan ganda kan buat kita.” Ucapnya saat wawancara melalui WhatsApp, (14/6/2020) .

Pada masa pandemi covid 19 ini, Linggar harus memeras otak supaya bisa survive . Lalu ia pun berpikir untuk bertani saja, namun bagaimana buat memulainya? Awalnya pun Ia berpikir seperti orang lain, mencari kerja, menabung, dan kalau sudah cukup uangnya bisa dibuat beli lahan dan bertani. Akan tetapi terlalu lama dan mungkin beberapa tahun lagi bumi sudah tidak seindah sekarang.

“Ayah saya pun petani, sebagai kaum milenial kita kan juga bisa open internet, buka Google .” Kata Linggar (14/6/2020)

Ia merasa beruntung karena lahir di keluarga petani. Ia pun bersyukur menjadi bagian dari kaum milenial yang dengan mudahnya bisa belajar banyak hal positif dari media internet.

Di bulan maret lalu ia telah membulatkan tekad untuk mulai bertani, mulai belajar mencangkul, dan belajar lagi banyak hal langsung dengan petani lain.

" Sharing dengan senior-senior kita di sawah, kita juga bisa belajar dari situ, kita ngasih ilmu baru, kita juga bisa tanya ilmu ke mereka." Ujar Linggar. Dengan begitu hasil sharing itu dapat meningkatkan apa yang sudah mereka ketahui sebelumnya.

Ia sendiri lebih memilih untuk bertani karena banyak alasan. Salah satunya adalah dapat memiliki sumber penghasilan yang lebih terjamin halal dan keberkahannya. Menurutnya dengan gaya hidup bertani ini ia mungkin bisa hidup tanpa menimbulkan banyak mudharat.

Linggar berharap untuk kedepannya semoga kita bisa tetap memanfaatkan waktu luang, ketika nanti covid 19 ini sudah selesai. Sehingga apa yang kita lakukan tidak merugikan alam maupun orang lain.

1 Suka