Oleh : Lulun Safira Nurzilla
Menu makanan wajib yang masih terlihat tersaji pada momen lebaran di tengan pandemi Covid-19. 24 Mei 2020.
Sumber : Dokumentasi pribadi
BLITAR - Idul fitri tahun ini meninggalkan kesan sunyi. Suara riuh petasan masih terdengar namun ampau lebaran nyaris hilang.
Dampak pandemi Covid-19 merebak sampai berubahnya tradisi lebaran. Silaturahmi dengan tetangga dan saudara jauh tidak dapat dilakukan dengan leluasa. Hanya suara petasan yang riuh bersautan di hari raya pertama. Sedang orang-orang tidak terlalu terlihat bersliweran untuk sekadar bersalaman.
Dani (13) merasakan benar perbedaan lebaran tahun ini dan tahun lalu. Biasanya ia dengan suka cita berkunjung ke rumah saudara jauh dengan banyangan keramain dan sajian makanan lezat.
“Idul fitri tahun lalu enak, nggak ada corona jadi bisa keluar-keluar sampai Surabaya. Sekarang ada corona jadi di rumah terus,” ungkap Dani.
Lebaran di tengah pandemi Covid -19 menimbulkan kekecewaan di berbagai pihak. Selain tak dapat merasakan sajian makanan seperti lebaran sebelumnya, para bocah cilik (Bocil) juga tak banyak mendapat ampau lebaran. Tradisi bagi-bagi ampau kepada sanak saudara dan tetangga seakan nyaris hilang. Jumlah pendapatan yang diraih Bocil menurun drastis. Erlin (11) mengaku hanya mendapat THR dua ratus ribu rupiah. Padahal pada lebaran sebelumnya ia dapat meraih sembilan ratus ribu rupiah. Mereka merasa lebaran tahun ini tidak seseru lebaran tahun lalu.
Berbeda dengan Dani dan Erlin, Nurkholipah (48) yang kerap disapa Nur merasakan adanya manfaat dari lebaran di tengah pandemi Covid-19. Ibu dua anak itu merasa dampak dari sektor ekonomi yang cukup signifikan. Biasanya Nur harus menyisihkan uang satu juta rupiah untuk tradisi bagi-bagi ampau kepada tetangga dan sanak saudara. Namun, pada lebaran kali ini ia hanya menyisihkan dua ratus ribu rupiah saja. Hal ini dikarenakan tidak banyak tetangga dan sanak saudara yang berkunjung ke rumahnya.
"Pokoknya dari segi ekonomi sangat menguntungkan. Namun batiniahnya itu sangat kurang karena kita tidak bisa merasakan seperti tahun-tahun sebelumnya,” ungkap Nur.
Nur dan keluarganya hanya bersilaturahmi pada hari raya pertama dan kedua. Ia merasa khawatir jika tradisi silaturahmi akan menjadi bumerang bagi keluarganya karena bisa jadi malah memperluas penyebaran Covid-19.
“Ya mengikuti himbauan dari pemerintah. Kita tidak boleh keluar rumah kalau tidak penting sekali,” ucap Nur.
Meskipun begitu, saat diwawancarai bersama, Dani dan Erlin kompak mengungkapkan bahwa lebaran tahun ini sangat tidak seru.
“Enggak seru, soale ada corona uang THR ku dikit ,” keluh Dani.