Feature : Arumi Pandemi Bagi Negeri

Arumi Pandemi bagi Negeri


Oleh :

Umi Zulaiah/K1218075/A

Pandemi yang diakibatkan virus Covid-19 di seluruh dunia saat ini menjadikan banyak kegiatan tertunda atau bahkan terpaksa dibatalkan. Para pekerja dirumahkan, tenaga medis dan kesehatan kelelahan, adapun pemerintah terus berusaha menentukan kebijakan yang berterima. Tidak lupa, usaha para akademisi menjalankan pembelajaran di masa pandemi ini. Juga masyarakat luas yang diharapkan tidak sumarah. Lantas apa yang menjadikan arumi pandemi mewangi?

Optimalisasi digital kentara terlihat di tahun ini. Semua serba digital. Mereka yang tidak paham, harus dituntut paham. Sedang generasi yang mendigitalisasi diri mereka sehari-hari dipaksa makin digital. Ini merupakan usaha yang ditempuh demi memutus rantai penyebaran virus. Hal ini memunculkan suatu tren #DirumahAja yang menjadikan segala kegiatan haruslah berpusat di rumah. Beribadah, bekerja, belajar, hingga belanja kebutuhan kini disentralkan dari rumah. Disadari atau tidak, segala kegiatan DirumahAja ini menjadikan waktu senggang makin banyak dari biasanya. Memberikan nikmat luang bagi siapa yang dapat menjadikannya manfaat tak terkira. Sesuai imbauan WHO yang menganjurkan physical distancing atau pembatasan fisik pada seluruh masyarakat dunia, yang dianggap sebagai cara paling sedehana dan efektif untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Bahkan, di Indonesia, gerakan ini menjadi sebuah tren baru yang disambut kreatif oleh warga +62. Tidak sedikit dijumpai rekam jejak digitalnya di media sosial, mulai dari instagram, facebook hingga tiktok yang belakangan makin digemari. Konten yang mereka bagikan juga tak kalah menarik untuk disimak. Ada bedah resep yang mudah dipahami, informasi olahraga sederhana, sampai joget-joget tak biasa selama #DirumahAja.

Mengingat masa waspada pandemi yang diperpanjang, pemikiran jernih makin dibutuhkan. Aspek psikologis ini berperan penting bagi masyarakat umum maupun jajaran tenaga kesehatan hingga pemerintah. Satu tindakan tidak logis seperti beralasan bosan lalu mengadakan pertemuan skala besar untuk perayaan sia-sia akan menyusahkan segala lapisan. Perlu diingat bahwa virus kali ini meluas karena manusia itu sebagi carrier nya.

Bersikap bijak dengan memikirkan resiko tindakan yang akan kita ambil adalah hal yang tidak boleh terlena dari pribadi masing-masing. Banyak contoh tindakan yang masih bisa lebih dipikirkan lagi kuantitas dampak positif maupun negatifnya. Dimulai dengan kebijakan pemerintah yang melakukan pembatasan sosial berskala nasional. Hal ini akan baik-baik saja bagi mereka golongan menengah ke atas. Akan tetapi, dengan golongan menengah ke bawah, lain ceritanya. Mereka tidak bisa berdiam diri saja di rumah masing-masing. Kerja dari rumah tidak berlaku bagi mereka. Tidak berhenti di situ, kebijakan pemerintah yang membebaskan para narapidana yang telah selesai 2/3 hukumannya perlu ditinjau kembali. Dengan alasan pemutusan rantai Covid-19, hal ini sama sekalali tidak berterima. Terbukti, sebulan lepas dibebaskan, para narapidana kembali beraksi dengan alasan hambatan ekonomi. Negeri makin kelimpungan, ekonomi anjlok, kesenjangan makin kentara, dan keributan dimana-mana.

Namun, satu yang pasti membawa angin segar dari pandemi ini, yakni aksi-aksi masyarakat Indonesia yang sungguh mengagumkan menolong satu sama lain. Jutaan aksi galang donasi peduli corona berlomba lomba digalakkan tiap daerah dari sabang sampai merauke. Mengulurkan bantuan dari satu hal ke sektor lain. Bukan hanya publik figur yang mengudara, mereka yang sederhana tidak kalah membantu sebisanya. Namun, perlu diketahui bahwa semua langsung turun ke lapangan juga tidak sepenuhnya benar. Biarlah mereka yang telah mendapatkan izin dan sudah sering beraksi di jalan yang mewakili. Kita yang tidak terbiasa cukuplah memantau dari rumah.

Usaha bersama dari segala lapisan masyarakat Indonesia ini haruslah terus terpupuk dan terjaga kesuburannya. Pemanfaatan waktu di kala luang dengan melakukan hal-hal positif yang telah disebutkan sebelumnya harus terus dijaga. Manfaat yang dapat dipetik selanjutnya adalah terbentuknya masyarakat baru. Masyarakat baru yang dimaksud ialah kebiasaan baru positif yang membentuk habits .

Melihat bagiamana masyarakat Indonesia menghabiskan waktunya yang makin hari makin terlihat sisi positifnya, tidak menutup kemungkinan bahwa setelah masa pandemi-semoga segera terealisasi-, habits masyarakat menjadi lebih baik. Hal ini merupakan tindak lanjut dari pembiasaan diri yang awalnya terpaksa dilakukan untuk mencegah tertularnya Covid-19.

Dimulai dengan hal sederhana supaya menjaga kebersihan diri, keluarga, dan lingkungan sekitar. Seperti diketahui bersama, pola hidup bersih dan sehat (PHBS) saat ini tengah mati-matian diselenggarakan dan dianjurkan bagi seluruh lapisan masyarakat. Sebab, menjaga kebersihan termasuk hal mendasar untuk terhindar dari segala penyakit. Padahal, awalnya, mengingat cerita Dr.Tirta, seorang dokter ex survivor TBC sekaligus penggagas banyak aksi digalakkan, masyarakat Indonesia sangat sulit dinasihati bahkan hanya untuk mencuci tangan dengan benar dan bersih. Kondisi saat ini merupakan suatu keajaiaban yang terealisasi. Masyarakat lebih melek kebersihan. Pun tidak jarang saling menyebar informasi pola hidup yang bersih dan sehat ini. Tidak sulit juga ditemukan adanya rekam digital edukasi tentang mencuci tangan yang benar, menekan mandiri titik-titik akupuntur yang mudah dilakukan, hingga sterilnya tempat keramaian. Semua tingkah laku positif ini tentu merupakan gebrakan luar biasa bagi masyarakat Indonesia.

Berawal dari pandemi covid-19 ini, banyak hal yang ternyata bisa dipetik sebagai pelajaran. Dengan harapan dan doa agar pandemi segera terakhiri, masyarakat luas mencoba sadar dan memahami betapa berartinya kepatuhan mereka terhadap regulasi. Agar mereka dapat beraktivitas kembali, bisa dengan bebas menjalankan misi untuk menggapai visi, DirumahAja dan senantiasa jaga jarak adalah kedua hal penting yang efektif dapat memutus rantai penyebaran virus ini. Memanfaatkan waktu luang di masa pandemi juga merupakan pilihan tiap pribadi agar mampu memetik hikmah dibaliknya atau malah makin terlena dengan menyalahkan keadaan dan takdir.

Senantiasa berpikir positif disertai usaha dan doa yang mumpuni akan sangat berperan banyak bagi masa pandemi ini. Bijak dalam bertindak akan menentukan arah selanjutnya yang akan kita tempuh. Makin terpuruk atau kembali bangkit merupakan pilihan yang sebenarnya sudah nyata jawabannya. Tinggal eksekusi sesuai visi yang harus terealisasi. Alih-alih memantau siang malam terkait parahnya kondisi dan banyaknya hal tidak tertangani, kita bisa mulai melihat dampak positif dari masa pandemi sekarang. Banyak hal-hal luar biasa positif bagi masyarakat Indonesia saat ini dikarenakan Covid-19 atau bisa juga kita sebut sebuah arumi pandemi. Tinggal mau melanjutkannya atau sudah merasa cukup dan berhenti di tengah jalan. Tinggal mau berubah atau kembali nyaman dengan stigma negara tersantuy dan menganggap enteng segala urusan atau belajar dari kesalahan. Bahwa bercanda di tengah masyarakat dunia mengecam, bersikap tak acuh ketika badan-badan dunia memberi peringatan. Semua tergantung dari pribadi kita sendiri. Kitalah yang bisa mengubah negeri ini. Terlalu nyaman sudah bangsa ini berdiam. Sekaranglah saat tepat dimana segala elemen masyarakat membuka mata dan menerima perubahan-perubahan. Be agent of change!

The picture above is designed by Canva

15 Suka