Asal Mula Kata Hoaks Hoax Versi Prof. Rhenald Kasali dan Rocky Gerung di ILC

Sudah lama ingin mencari asal-usul kata hoax. Sebuah istilah yang cukup populer, khususnya pada saat Pilpres 2019 ini. Kata hoax adalah bahasa asing yang kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi hoaks.

KBBI Daring memasukkan kata hoaks, lalu diartikan sebagai berita bohong.

Sebenarnya bisa saja mencari arti hoaks di dukun Google. Namun bisa jadi sangat sulit memilah referensi yang bisa dipercaya.

Tidak sengaja siang ini menemukan rujukan arti hoaks di YouTube. Referensinya juga ada dua, Prof. Rhenald Kasali dan Rocky Gerung. Dua tokoh ini sama-sama ahli. Pertama ahli ekonomi dan kedua ahli filsafat.

Dalam sebuah video singkat durasi 2 menit 42 detik, kedua orang pintar ini sama-sama menjelaskan arti hoaks yang sebenarnya. Dua tokoh ini hadir dalam acara Indonesia Lawyers Club atau ILC di tvOne pada 26 Maret 2019. Kemudian rekaman ‘debat’ soal hoaks ini ditampilkan di YouTube.

DEBAT CERDAS!! Prof. Rhenald Kasali vs Rocky Gerung Soal Hoax | ILC (26/3/2019)
: https://www.youtube.com/watch?v=u_sV3mc6zVc

Memang kedua tokoh ini tidak menyebutkan sumber referensi diambil dari mana. Namun setidaknya, apa yang dijelaskan kedua ahli ini bisa dijadikan bahan informasi tambahan.

Arti Hoaks yang Sebenarnya Menurut Prof. Rhenald Kasali

Asal kata hoax adalah hocus. Hocus artinya mengelabui. Istilah hocus diambil dari kejadian para tukang sulap yang kemudian mengelabui mata orang lain.

Kalau melihat fungsi hoaks, fungsinya adalah mengelabui.

Cuma memang di zaman serba teknologi sekarang tidak hanya orang yang tidak pintar dikelabui, tapi juga orang pintar bisa terkena bohong oleh hoaks ini.

%20Rhenald%20Kasali%20dan%20Rocky%20Gerung%20di%20ILC

Arti Hoaks Menurut Rocky Gerung

Rocky Gerung sendiri berpendapat kalau pendapat Prof. Rhenald adalah etimologi kata hoaks. Pak Rocky punya cerita menarik tentang sejarah hoaks.

Sejarah Hoaks

Kata hoaks pertama kali muncul dalam sejarah ilmu pengetahuan. Yaitu ketika seorang professor fisika bernama Alan Sokal. Alan Sokal menulis sebuah artikel di majalah Social Text dengan nama samaran. Artikel Alan Sokal dipuji-puji redaktur jurnal tersebut tanpa tahu bahwa artikel tersebut adalah bohong.

Fungsi artikel Alan Sokal itu adalah untuk menguji, apakah redaktur dari majalah yang bergengsi itu pintar atau malah sebaliknya. Referensi ini adalah referensi asal-usul pertama atau referensi paling dasar.

Hoaks, Hoaks, Etimologi Kata, atau Sejarah, Pokoknya Artinya Sama-Sama Bohong

Satu kata hoaks ini artinya memang berita bohong. Gunanya hoaks ini untuk mengelabui.

Menariknya, waktu membuat topik ini sambil terpaksa pakai dukun Google, kedua penjelasan di atas, baik Prof. Rhenald Kasali atau Rocky Gerung ada di Wikipedia. Malah sudah ada versi bahasa Indonesianya. :laughing:

Wikipedia soal hoaks bahasa Indonesia mengartikan hoax https://en.wikipedia.org/wiki/Hoax sebagai berita bohong https://id.wikipedia.org/wiki/Berita_bohong penyuntingan 26 Maret 2019.

Meskipun demikian, kata hoaks sendiri baru mulai digunakan sekitar tahun 1808. Kata tersebut dipercaya datang dari hocus yang berarti untuk mengelabui. Kata-kata hocus sendiri merupakan penyingkatan dari hocus pocus, semacam mantra yang kerap digunakan dalam pertunjukan sulap saat akan terjadi sebuah punch line dalam pertunjukan mereka di panggung.[ “Sejarah Hoaks dan Andilnya dari Masa ke Masa” https://kumparan.com/@kumparantech/sejarah-hoaks-dan-andilnya-dari-masa-ke-masa. kumparan. Diakses tanggal 2018-10-07].

Sejarah Alan Sokal juga ada di Wikipedia. Judul bahasa Indonesianya Skandal Sokal https://id.wikipedia.org/wiki/Skandal_Sokal penyuntingan 30 mei 2018.

Skandal Sokal, disebut juga kebohongan Sokal,[1] adalah jebakan publikasi ilmiah yang dilakukan oleh Alan Sokal, seorang profesor fisika di New York University dan University College London. Pada tahun 1996, Sokal mengirim sebuah artikel ke Social Text, jurnal akademik tentang kajian budaya pascamodern. Artikel ini merupakan eksperimen untuk menguji ketelitian intelektual dan menyelidiki apakah “sebuah jurnal kajian budaya ternama di Amerika Utara – yang dewan redaksinya meliputi tokoh-tokoh seperti Fredric Jameson dan Andrew Ross – [mau] menerbitkan artikel yang dipenuhi omong kosong apabila (a) bahasanya meyakinkan dan (b) cocok dengan kecondongan ideologis para penyuntingnya”.[2]

Artikel berjudul “Transgressing the Boundaries: Towards a Transformative Hermeneutics of Quantum Gravity”[3] ini diterbitkan di Social Text edisi musim semi/panas 1996. Artikel ini menyatakan bahwa gravitasi kuantum adalah konstruksi sosial dan linguistik. Waktu itu, jurnal tersebut tidak menerapkan penelaahan sejawat dan tidak meminta bantuan fisikawan untuk meninjaunya.[4][5] Ketika diterbitkan bulan Mei 1996, Sokal mengungkapkan di Lingua Franca bahwa artikelnya bohong.[2]

Jika masih tertarik soal video di atas, masih ada video tambahan yang mungkin bisa menambah wawasan kita soal hoaks.

Pernyataan Prof. Rhenald Kasali Tentang Hoax di ILC 26 Maret 2019: https://www.youtube.com/watch?v=Os4JnJYoOqM


Mungkin itu saja soal hoaks sebagai salah satu pengisi 100 Topik Bahasawan. Yang pasti, jangan sampai ikut andil dari bagian penyebar hoaks. Kalau ingin menyebarkan informasi keberadaan forum bahasa Bahasawan ini, tidak mengapa. Malah sangat dianjurkan sekali. :sweat_smile: