Bahasa Daerah Papua yang Menuju Ke Arah Kepunahan Bahasa

Sedih rasanya setiap kali mendengar bahasa daerah Indonesia yang akan punah. Waktu membuat topik sebelumnya, jadi tertarik mencari berita tentang bahasa lainnya. Tadinya ini mau dibuat jadi berita. Cuma, dari sebuah berita, bisa dibuat jadi sebuah tulisan atau artikel kepunahan bahasa singkat.

Jumlah bahasa daerah di Papua ada 369 bahasa daerah. Indonesia punya 668 bahasa daerah per Oktober 2018(1). Artinya, setengah bahasa daerah Indonesia ada di tanah Papua. Luar biasa bukan?

Bahasa Daerah yang Akan Punah di Papua

Sayangnya, ada beberapa bahasa daerah Papua yang sedang menuju ke arah kepunahan bahasa. Waktu membuat topik Apa Kabar Bahasa Daerah Indonesia Ada 99 Daftar, hanya ada satu Apa Kabar dalam bahasa daerah Papua. Jumlahnya, jauh berbanding terbalik dengan daftar bahasa daerah di pulau Jawa dalam topik itu.

  1. Bahasa Nafri
  2. Bahasa Tobati Enggros
  3. Bahasa Kayu Pulo
  4. Bahasa Skouw

Keempat bahasa daerah itu ada di wilayah adat tanah Tabi, Provinsi Papua atau Kota Jayapura. Jika tidak diperhatikan dan dipakai, empat bahasa daerah itu akan punah dalam waktu 3 generasi lagi atau sekitar 150 tahun lagi.

Perlu dicatat, data bahasa papua yang akan punah di atas adalah hasil penelitian tahun 2003-2004. Sekarang sudah tahun 2019. itu penelitian Balai Bahasa Provinsi Papua dan Papua Barat 15 tahun yang lalu.

Penyebab Kepunahan Bahasa

Penyebab utamanya karena tidak ada yang memakai bahasa itu lagi. Dengan kata lain penutur asli bahasa itu sudah tidak ada atau tiada. Bisa jadi, generasi muda tidak tertarik menggunakan bahasa daerahnya sendiri-sendiri. Lebih suka pakai bahasa asing, dibandingkan bahasa daerah atau Indonesia. Terlebih-lebih anak zaman now.

Supaya Bahasa Daerah Indonesia Tidak Punah dan Hilang

Salah satu cara supaya bahasa daerah yang ada di Indonesia tidak hilang begitu saja, caranya adalah memakai bahasa daerah itu. Masing-masing memakai bahasa daerah sesuai lingkungannya masing-masing. Janganlah memakai bahasa Inggris ketika pulang ke kampung halaman di Indonesia.

Untuk itu, salah satu tujuan Bahasawan.id berusaha melestarikan bahasa daerah Indonesia dengan cara digital. Membangun sebuah forum daring karena kecintaan dengan bahasa. Membuka topik dan dan berkomentar dalam bahasa daerah sesuai topiknya akan mendigitalisasi teks bahasa daerah. Dokumentasi digital cara penulisan dalam bahasa daerah masing-masing. Tidak perlu takut salah. Toh itu adalah bahasa Ibu sendiri.

Sumber Tulisan:

  1. Jumlah Bahasa Daerah Papua dan Jumlah Bahasa Daerah di Indonesia, https://www.antaranews.com/berita/759089/yohana-ajak-lestarikan-bahasa-daerah-papua Yohana ajak lestarikan bahasa daerah Papua, Rabu, 17 Oktober 2018 01:46 WIB.
Kliping Berita

Yohana ajak lestarikan bahasa daerah Papua

Rabu, 17 Oktober 2018 01:46 WIB
Pewarta: Alan Rumagit
Editor: Erafzon Saptiyulda AS

Jayapura (ANTARA News) - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Susana Yembise, mengajak para pemangku kepentingan di Papua dan Papua Barat untuk melindungi dan melestarikan bahasa daerah yang ada di kedua provinsi itu.

“Saya bisa simpulkan bahwa ini suatu momentum yang sangat strategis untuk mempersiapkan tanah Papua melindungi bahasa daerahnya agar tidak punah,” katanya usai membuka seminar sehari perencanaan perlindungan bahasa daerah di Grand Abe Hotel, Kota Jayapura, Papua, Selasa.

Seminar yang merupakan kerja sama antara Balai Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Jakarta, Universitas Cenderawasih dan Balai Bahasa Provinsi Papua dan Papua Barat dengan mengusung tema “Membangun Papua melalui pendidikan bahasa dan sastra daerah di Tanah Papua”, menurut Yohana Yembise, merupakan langkah kongkrit dalam melindungi bahasa daerah di Bumi Cenderawasih.

“Melindungi bahasa-bahasa daerah di Papua ini sudah menjadi prioritas Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan atau prioritas negara. Selama ini jarang kita angkat, jarang kita melibatkan pusat untuk berdiskusi bahasa yang ada di tanah Papua,” katanya.

Dia mendekati dan mengajak Mendikbud, terkait bulan bahasa pada Oktober ini, bersama-sama ke Papua untuk mengajar para akademisi dan ilmu bahasa di tanah ini termasuk dengan pemerintah daerah untuk mengangkat kembali bahasa lokal.

Menurut dia, bahasa lokal semakin hari terancam punah dengan adanya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan termasuk globalisasi.

Pada momentum itu, Yohana Yembise mengaku belum mengetahui secara pasti berapa jumlah bahasa daerah yang telah punah, khususnya di Papua.

“Saya belum tahu karena tadi saya katakan, karena saya empat tahun terakhir ini berkecimpung pada bidang perempuan dan anak, dan baru tadi saya mencatat ada 369 bahasa yang ada di tanah Papua dan seluruh Indonesia ada 668 bahasa daerah,” katanya.

Dia belum bisa pastikan berapa bahasa daerah yang punah, namun sudah saatnya menjaga dan lestarikan bahasa daerah supaya jangan sampai punah .

Pelestarian bahasa daerah, kata dia, bisa dilakukan dengan penelitian di lapangan hingga
mengajarkan di sekolah-sekolah dalam kurikulum muatan lokal kepada para pelajar.

“Apakah melalui penelitian-penelitian atau pun bahan-bahan ajar yang bisa dipakai di sekolah lewat muatan-muatan lokal atau pun mungkin bisa memasukkan budaya yang ada di Papua ini ke dalam kurikulum yang berlaku,” katanya.

Dia menilai Otsus harus memiliki keberpihakan dalam melindungai bahasa di Tanah Papua dan adat istiadat.

Seminar bahasa itu dibuka resmi dan dihadiri oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Susana Yembise, dan dihadiri oleh para pemangku kepentingan dari sejumlah instansi terkait di Papua.*

  1. Daftar bahasa Daerah yang akan punah di Papua, https://www.antaranews.com/berita/755168/bahasa-daerah-di-kota-jayapura-dikhawatirkan-punah Bahasa daerah di Kota Jayapura dikhawatirkan punah, Antaranews, Jumat, 5 Oktober 2018 14:30 WIB.
Kliping Berita

Bahasa daerah di Kota Jayapura dikhawatirkan punah

Jumat, 5 Oktober 2018 14:30 WIB
Pewarta: Alan Rumagit
Editor: Monalisa

Jayapura (ANTARA News) - Sejumlah bahasa daerah atau bahasa lokal di salah satu wilayah adat tanah Tabi, Provinsi Papua yakni di Kota Jayapura dikhawatirkan akan punah jika tidak segera dilestarikan.

Demikian hal ini disampaikan oleh Suharyanto, salah satu peneliti senior dari Balai Bahasa Papua
dan Papua Barat di Kota Jayapura, kepada Antara, Jumat.

“Bahasa-bahasa asli Papua yang terletak di tanah Tabi itu diantaranya ada bahasa Sentani, bahasa Nafri, Tobati Enggros, Kayu Pulo dan ada bahasa Skouw, secara umum kecuali bahasa Sentani, kondisi vitalitas bahasa-bahasa daerah yang ada di tanah Tabi ini cukup memprihatinkan
keberadaannya,” katanya.

Balai Bahasa Provinsi Papua dan Papua Barat, kata dia, pernah melakukan penelitian terhadap pemakaian bahasa Nafri dan bahasa Tobati Enggros di Kota Jayapura pada 2003 dan 2004.

“Untuk pemakaian bahasa Nafri, kalau tidak ada penanganan yang serius, baik dari penutur maupun dari negara itu diperkirakan dalam tiga generasi kedepan akan punah atau musnah, demikian juga untuk bahasa Tobati Enggros, dan juga bahasa Kayu Pulo,” katanya.

Sementara, terkait penelitian pemakaian bahasa Kayu Pulo, alumnus sastra Indonesia dari Universitas Gajah Mada (UGM) itu mengatakan belum melakukan penelitian tetapi berdasarkan kedekatan tempat, banyaknya penutur maka bisa disimpulkan bahwa bahasa daerah tersebut juga terancam punah.

“Tetapi melihat dari jumlah penutur yang lebih kecil dibanding dua bahasa yang saya sebut tadi (Nafri dan Enggros Tobati,red) dan letaknya persis di jantung Kota Jayapura, maka kondisi vitalitas bahasa Kayu Pulo, saya yakin ada dibawah bahasa Nafri dan Tobati Enggros tadi,” katanya.

Terancam punahnya ketiga bahasa daerah itu, lanjut dia, bisa disebabkan karena beberapa hal, diantaranya terkait jumlah penutur yang berkurang, lokasi suatu daerah, kebutuhan serta asimilasi
yang terjadi.

“Seperti kita ketahui dimanapun kota di seluruh dunia ini terdapat berbagai macam etnik yang datang, mau tidak mau pasti akan mempengaruhi kondisi vitalitas bahasa daerah setempat. Ini
sudah pasti akan terjadi interaksi soal kebutuhan, sehingga dipastikan memakai bahasa pengantar yang mudah dipahami bersama,” katanya.

“Ketika berbicara soal kebutuhan hidup maka akan menggunakan bahasa pengantar yang dipahami bersama, nah dalam kasus bahasa disini, mau tidak mau pasti para penuturnya akan menggunakan bahasa Indoensia sebagai bahasa pengantar, maka secara langsung atau tidak langsung bahasa seperti Kayu Pulo ini akan terdesak, tergerus oleh pemakaian bahasa Indonesia,” lanjutnya.

Suharyanto yang pernah menulis tesis soal pemetaan bahasa Kayu Pulo itu mengatakan perlunya pelestarian bahasa daerah di tanah Tabi sehingga tidak punah dengan cara media pembelajaran di sekolah-sekolah.

“Sebetulnya cara mempertahankan media bahasa ini sudah mulai dirintis oleh pihak Kota Jayapura, dengan cara menyusun bahan ajar untuk buku muatan lokal yang ada di tanah Tabi, agar diajarkan ditingkat sekolah dasar,” kata pria yang juga menyelesaikan S2 linguistik di UGM bidang keahlian historis komparatif.